Page 531 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 531

banyaknya  tapak  kaki  di  situ,  tapak  kaki  kecil-kecil  dari  orang-orang  kerdil.

               Terowongan ini panjang sekali, menurut taksirannya tentu tidak kurang dari dua

               li jauhnya dan hatinya makin risau. Sudah begini lama dan jauh dia mengejar dan

               mencari  Swat  Hong,  akan  tetapi  bekas  dan  jejaknyapun  belum  ditemukan.

               "Sumoi....!!" Dia berteriak lagi kuat-kuat ketika lorong itu berakhir di sebuah

               ruangan bawah tanah atau dalam gunung yang cukup lebar. Sebagai jawabannya,

               tiba-tiba terdengar suara berdesingan dan dari depan, kanan dan kiri menyambar

               sinar-sinar hitam. Pandang mata yang tajam dari Sin Liong dapat melihat bahwa

               benda-benda bersinar itu adalah anak panah-anak panah yang dilepas dari tempat

               rahasia. Cepat dia memutar tongkat pendek yang berubah menjadi segulung sinar

               yang melindungi seluruh tubuhnya. Sampai beberapa lama dia menangkis dan

               akhirnya penyerang gelap itu pun berhenti. Di ruang itu kini penuh dengan anak

               panah hitam yang agaknya beracun. Dia bergidik. Bagaimana nasib sumoinya di

               tempat berbahaya ini?


               "Sumoi....!!" Dia segera membalikan tubuhnya karena ruangan itu merupakan

               jalan buntu, lalu berlari

               kembali melalui terowongan yang panjangnya ada dua li itu


               sampai dia tiba di jalan simpang empat tadi, kini dia melihat terowongan kedua

               sambil berteriak-teriak


               memanggil nama sumoinya. "Swat Hong....! Han

               Swat Hong....!!" Panggilan ini dia lakukan dengan pengerahan khikang sekuatnya

               sehingga dinding terowongan itu menjadi tergetar karenanya. Namun tidak ada

               jawaban melainkan gema suaranya sendiri


                yang  melengking  panjang.         Sin  Liong menjadi           panik,


               matanya terbelalak dan mukanya pucat. Baru sekali ini

                dia    merasa sedemikian gelisahnya dan dia menyesali diri


               sendiri mengapa dia tadi tidak melarang sumoinya



                                                           530
   526   527   528   529   530   531   532   533   534   535   536