Page 74 - C:\Users\danang\Documents\Flip PDF Professional\BUKU-TUNAS-PANCASILA\
P. 74
TUNAS PANCASILA
Sangat sulit, bahkan mustahil, mereka bertindak membangun Filsafat Pendidikannya juga bertumpu
menyimpang dari jalan-jalan kebijaksanaan. Sebab pada realitas masyarakatnya. Maka tidak heran
ilmu mereka adalah cahaya yang berasal Tuhan, bila banyak lembaga pendidikan informal telah
dan Tuhanlah yang membimbing mereka dengan hidup di tengah-tengah masyarakat kita sebelum
cahaya hikmah-Nya. Inilah ilmu para rasul, para kemerdekaan terjadi. Lembaga-lembaga informal
nabi, dan orang-orang suci dari setiap agama dan tersebut selain menekankan aspek kognitif, mereka
peradaban. juga menekankan aspek moral yang berasal dari
agama, keyakinan, adat istiadat, dan kearifan lokal
Kerakyatan yang dituntun akal dan hati inilah yang ada. Lembaga itu seperti pesantren, surau,
yang diinginkan oleh Pancasila. Suatu kesejatian sanggar, dan sebagainya. Hal yang tidak kita
di mana peradaban dapat dibentuk oleh ilmu temukan dibanyak konsepsi pendidikan luar.
pengetahuan melalui spekulasi akal, tetapi pada
saat yang sama ruhnya hidup untuk mampu merasa. Setelah kita memahami kerakyatan yang dipimpin
Sehingga peradaban terbentuk menjadi lembut oleh hikmat/kebijaksanaan, kita harus melanjutkan
dan tidak kering. Akalnya memacu penemuan, bacaannya ke “dalam permusyawaratan/perwakilan”.
hatinya memacu kebijaksanaan. Dengan demikian, Artinya, meskipun kita memiliki pengetahuan
kemajuan pengetahuan akan selalu selaras dengan (hikmah) yang benar, dan kita yakin bahwa ideologi
kemanusiaan. Kemajuan itulah yang menjadi sarana dan perspektif kitalah yang benar, tetapi kebenaran
untuk membawa manusia kepada kesempurnaan itu tidak boleh dan bisa kita paksakan kepada
dirinya sebagai individu manusia dan bangsa. siapa pun, kecuali dalam rangka permusyawaratan.
Di sini kita memahami bahwa terdapat Filsafat Kita hanya boleh mempropagandakan ideologi
Pendidikan Pancasila yang tersembunyi dan begitu dan perspektif kita itu melalui dialog dan diskusi
dalam maknanya di dalam Pancasila. Bahwa Filsafat yang jujur, terbuka, tenggang rasa, dan saling
Pendidikan Pancasila tidak hanya bertumpu pada menghormati satu sama lain serta memiliki
akal semata untuk mewujudkan peradaban, tetapi komitmen untuk mencari kebenaran. Hanya dengan
juga bertumpu pada hati untuk mewujudkan itu kita bisa hidup berdampingan dengan mereka
kebijaksanaan di dalam peradaban tersebut. Ini yang berbeda. Itulah yang kita sebut sebagai
artinya, Filsafat Pendidikan Pancasila menekankan musyawarah untuk mufakat yakni dialog untuk
aspek ilmu untuk amal, dan amal itu adalah mencari kebenaran dengan jujur. Dalam konteks
kebaikan-kebaikan yang mewujud yang dapat inilah anak-anak didik harus dituntun. Meski mereka
dinikmati manusia dan semesta. Kebaikan inilah memiliki pengetahuan yang mumpuni, tetapi
yang bisa kita sebut sebagai kebijaksanaan. mereka juga harus senantiasa diajarkan untuk mau
mendengar yang lain, betapa pun orang lain itu
Oleh sebab itu, pendidikan kita harus bertumpu mungkin salah dan keliru. Dengan demikian, anak-
pada dua aspek tersebut. Inilah yang membedakan anak didik akan memahami dan menginsyafi makna
Filsafat Pendidikan Pancasila dengan konsep musyawarah untuk mufakat itu. Inilah perangkat
pendidikan lainnya, termasuk pendidikan luar. yang ideal untuk menciptakan generasi yang
Dengan ini, kita sesungguhnya memahami bahwa tangguh secara intelektual, besar secara hati, dan
aspek pendidikan yang hanya bertumpu pada aspek peka terhadap realitas bangsanya.
kognitif semata, ia akan kering. Sebaliknya, aspek
pendidikan yang bertumpu pada aspek batin saja, ia
akan becek. Susah berdiri, apalagi berjalan. Filsafat
Pendidikan Pancasila adalah membangun peradaban
duniawi yang dijiwai aspek ketuhanan. Ini berarti,
membangun pikiran berarti membangun moralitas
dan mentalitas yang benar dengan menumbuhkan
rasa dengan menyucikan batin serta jiwanya. Dalam
arti singkat, baik pikir (intelek), zikir (ibadah), dan
amal sholeh (amal baik) harus senantiasa selaras
dan bergandengan. Sebagai sebuah dasar negara
yang digali dari rahim bangsa, Pancasila dalam
60