Page 218 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 218

dalam RUU Omnibus Law RUU Cipta Kerja (RUU Cipta Kerja). Buruh juga mengancam menggelar
              aksi mogok nasional. ''Buruh menolak keras dan tidak menyetujui hasil kesepakatan tersebut,"
              kata Said, Minggu (4/10).



              TUJUH POIN RUGIKAN PEKERJA

              JAKARTA  - Paling tidak, ada tujuh poin dalam Omnibus Law Cipta Kerja yang dinilai merugikan
              pekerja/buruh. Poin-poin itu mulai dari jam kerja yang eksploitatif, penentuan besaran upah,
              hingga pengurangan nilai pesangon.

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan, pihaknya menolak
              tujuh poin kesepakatan antara Badan Legislasi (Baleg) DPR dan pemerintah untuk dimuat di
              dalam RUU Omnibus Law RUU Cipta Kerja (RUU Cipta Kerja). Buruh juga mengancam menggelar
              aksi mogok nasional. ''Buruh menolak keras dan tidak menyetujui hasil kesepakatan tersebut,"
              kata Said, Minggu (4/10).

              Dia  pun  menguraikan  poin-poin  yang  ditolak.  Pertama  penghapusan  upah  minimum
              kota/kabupaten  (UMK) bersyarat dan  upah  minimum  sektoral  kota/kabupaten  (UMSK).  UMK,
              menurut  Said,  tidak  perlu  diberikan  syarat  karena  nilai  UMK  yang  ditetapkan  di  setiap
              kota/kabupaten berbeda-beda.

              Dia menganggap keliru pernyataan yang menyebutkan UMK di Indonesia lebih mahal dibanding
              negara lain di Asia Tenggara. ''Kalau diambil rata-rata secara nasional, justru UMK di Indonesia
              jauh lebih kecil dari upah minimum di Vietnam,'' tutur Said.

              Dia juga meminta UMSK tetap dipertahankan demi keadilan. Dia juga memberikan solusi agar
              penetapan  nilai  kenaikan  dan  jenis  industri  yang  mendapatkan  UMSK  dilakukan  di  tingkat
              nasional.  ''Jadi  UMSK  tidak  lagi  diputuskan  di  tingkat  daerah  dan  tidak  semua  industri
              mendapatkan UMSK, agar ada keadilan,'' ucap dia.

              Hal kedua yang ditolak, pengurangan nilai pesangon dari 32 bulan upah menjadi 25 bulan, yaitu
              19  bulan  dibayar  pengusaha  dan  enam  bulan  dibayar  BPJS  Ketenagakerjaan.  Pihaknya  juga
              menolak soal perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Menurutnya, buruh menolak pasal yang
              menyatakan tidak ada batas waktu kontrak atau kontrak seumur hidup. Poin keempat, karyawan
              kontrak  dan  outsourcing  seumur  hidup  akan  menjadi  masalah  serius  bagi  buruh.  Said
              mempertanyakan  pihak  yang  akan  membayar  jaminan  kehilangan  pekerjaan  (JKP)  untuk
              karyawan kontrak dan outsourcing. ''Tidak mungkin buruh membayar kompensasi untuk dirinya
              sendiri dengan membayar iuran JKP,'' tandasnya. Poin kelima, buruh menolak jam kerja yang
              eksploitatif. Keenam, buruh menolak penghilangan hak cuti dan hak upah atas cuti. Menurutnya,
              dalam draf RUU Omnibus Law Ciptaker yang telah disepakati untuk dibawa ke Rapat Paripurna,
              cuti haid dan melahirkan bagi pekerja perempuan terancam hilang. Sebab, hak upahnya atas
              cuti tersebut hilang. Terkahir, terancam hilangnya jaminan pensiun dan kesehatan karena ada
              kontrak seumur hidup. Berangkat dari itu, Said berkata, 2 juta buruh akan melakukan mogok
              nasional di lingkungan perusahaan masing-masing.

              Dia  menegaskan,  aksi  mogok  nasional  dilakukan  sesuai  UU  No  9  Tahun  1998  tentang
              Kemerdekaan  Menyampaikan  Pendapat  di  Muka  Umum  dan  UU  No  21  Tahun  2000  yang
              menyatakan  fungsi  serikat  pekerja  salah  satunya  adalah  merencanakan  dan  melaksanakan
              pemogokan.  ''Mogok  nasional  akan  diikuti  2  juta  buruh  di  25  provinsi  dan  hampir  10  ribu
              perusahaan  dari  berbagai  sektor  industri  di  seluruh  Indonesia,  seperti  industri kimia,  energi,
              tekstil, sepatu, otomotif, baja, elektronik, dan farmasi,'' tuturnya. Selain mogok nasional, buruh
              juga akan mengambil langkah strategis lainnya sesuai mekanisme konstitusi dan perundang-



                                                           217
   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223