Page 402 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 402

PERNYATAAN SIKAP KONFEDERASI SARBUMI SOAL PENGESAHAN UU OMNIBUS
              LAW
              Setelah  mengkaji  mendalam  serta  melakukan  serangkaian  diskusi  dengan  berbagai  ahli  dari
              berbagai disiplin ilmu, baik yang pro maupun kontra, Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Sarikat
              Buruh Muslimin Indonesia (DPP K-    Sarbumusi  ) menilai  Undang-Undang (UU) Cipta Kerja
              terlalu prematur untuk dibahas apalagi disahkan. UU Cipta Kerja lebih berorientasi kebijakan
              perburuhan ramah pasar (  market-friendly paragidm  ) dengan karakter neoliberalisme yang
              kuat yang ditandai dengan deregulasi, fleksibilitas, efesiensi serta penarikan peran dan tanggung
              jawab negara terhadap warga negaranya.

              Lebih jauh lagi, UU Cipta Kerja berpotensi melegalkan pelanggaran HAM (legalized violation of
              human rights) melalui instrumen omnibus law. Dengan memperlemah proteksi, UU Cipta Kerja
              berpotensi mempromosikan pemiskinan struktural melalui kapitalisme yang dikonsolidasikan dan
              dilegalkan.

              Atas dasar itu, Presiden DPP K-Sarbumusi, Syaiful Bahri Anshori meminta kepada Jokowi untuk
              segera menerbitkan Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perppu) Cipta Kerja. (   Jokowi: UU
              Cipta Kerja untuk Sediakan Lapangan Pekerjaan Sebanyak-banyaknya  )  "Meminta dengan tegas
              kepada  Presiden  Republik  Indonesia  Bapak  Joko  Widodo  untuk  menerbitkan  PERPPU  atas
              Undang-Undang Cipta kerja dalam waktu secepatnya. Niat baik untuk menciptakan lapangan
              kerja harus dibarengi dengan kepastian perlindungan dan jaminan hak-hak buruh sepenuhnya,
              bukan malah direduksi seperti yang terlihat di UU Cipta Kerja," kata Syaiful dalam keterangan
              tertulisnya, Jumat (9/10/2020).

              Syaiful  melanjutkan,  Konfederasi  Sarbumusi  dengan  tegas  menolak  UU  Cipta  Kerja  Kluster
              Ketenagakerjaan karena dianggap akan semakin menyengsarakan pekerja dan akan memicu
              gerakan-gerakan yang bersifat konstitusional.

              "Menolak Undang-Undang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan dan akan melakukan gerakan
              konstitusional  dengan  cara  mengajukan  Judicial  Review  kepada  Mahkamah  Konstitusi,  dan
              membersamai gerakan-gerakan serupa untuk klaster-klaster lainnya," katanya. (   Sri Mulyani
              Bongkar Ambisi Besar Dibalik Pengesahan UU Cipta Kerja  )  Lebih lanjut Syaiful mengatakan
              akan menginstruksikan kepada seluruh anggota K-Sarbumusi untuk menyampaikan aspirasi ini
              di  daerah-daerah  agar  masyarakat  mengerti  UU  Cipta  Kerja  sangat  berbahaya  dan  akan
              memperburuk nasib pekerja di Indonesia   "Mengintruksikan kepada seluruh basis, DPC, DPW
              dan Federasi untuk menyuarakan sikap organisasi dengan cara dan bentuk diseusaikan dengan
              kondisi di masing masing tingkat kepengurusan organisasi dengan selalu memegang prinsip-
              prinsip perjuangan buruh dan kemasalahatan masyarakat banyak," katanya.

              (abd).





















                                                           401
   397   398   399   400   401   402   403   404   405   406   407