Page 155 - Buku Handbook HC Policy V1,0-23122020
P. 155

Hubungan Industrial


        Ketentuan Umum (1 dari 2)



        Latar Belakang:
        Dalam upaya meningkatkan kelangsungan usaha dalam bekerja dan meningkatkan kemajuan Perusahaan dan kesejahteraan
        Karyawan, maka perlu diwujudkan iklim kerja yang kondusif di lingkungan Perusahaan dengan menciptakan Hubungan Industrial
        yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.

        Maksud dan Tujuan:
        Perlu adanya kebijakan yang mengatur mengenai Hubungan Industrial di PT PEGADAIAN (Persero).

        Pernyataan Kebijakan:
        1.  Prinsip Dasar Hubungan Industrial:
               1.  Pelaksanaan hubungan industrial di Perusahaan wajib mengacu kepada ketentuan yang berlaku bagi BUMN, yaitu
                  ketentuan Pasal 87 ayat (1) UU No.19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang mengatur secara tegas bahwa hal-hal yang
                  berkaitan dengan pengangkatan, pemberhentian, kedudukan, hak dan kewajiban Karyawan BUMN ditetapkan
                  dengan PKB sesuai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan;
               2.  Supaya hubungan industrial antara Perusahaan dan Serikat Pekerja tercipta lebih harmonis dan dinamis, maka
                  unit kerja yang menangani Hubungan Industrial hanya fokus menangani dan melaksanakan manajemen
                  hubungan industrial diluar pelaksanaan Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
                  Ketenagakeraan, kecuali jika terdapat perselisihan hubungan industrial yang melibatkan Perusahaan sehubungan
                  pelaksanaan pasal dimaksud.
        2.  Peran serta Serikat Pekerja dalam Menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis:
               1.  Serikat Pekerja mempunyai tanggung jawab dan berkewajiban turut serta bersama-sama dengan Perusahaan
                  untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis dengan melakukan pembinaan terhadap Karyawan
                  berupa:
                      1.  Memelihara moral kerja para Karyawan;
                      2.  Meningkatkan disiplin dan motivasi kerja Karyawan;
                      3.  Menanamkan rasa tanggung jawab pada tiap-tiap diri Karyawan;
                      4.  Mengembangkan kompetensi, kemampuan dan keterampilan para Karyawan;
                      5.  Menumbuhkembangkan rasa memiliki (sense of belonging) para Karyawan terhadap Perusahaan;
                      6.  Memberikan pengarahan dan pembinaan kepada Karyawan untuk tidak melakukan fraud maupun hal-
                          hal lain yang melanggar disiplin;
                      7.  Menanamkan semangat untuk menjaga dan mengamankan aset Perusahaan.
               2.  Untuk melaksanakan ketentuan Point 1 diatas Perusahaan memberikan dana pembinaan dan fasilitas kepada
                  Serikat Pekerja.
        3.  LKS Bipartit:
               1.  Perundingan Bipartit adalah perundingan antara Perusahaan dengan Karyawan atau Serikat Pekerja guna
                  menyetesaikan permasalahan PHK, Perselisihan Hak dan Perselisihan Kepentingan;
               2.  Perusahaan membentuk Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit sebagai forum komunikasi, konsultasi dan
                  musyawarah antara Perusahaan dengan Serikat Pekerja guna membahas masalah industrial di Perusahaan dan
                  dilaksanakan minimal 3 (tiga) bulan sekali.
               3.  Pembentukan, susunan, tugas dan fungsi Lembaga Kerja Sama Bipartit mengacu pada ketentuan Pasal 106 UU No.
                  13 Tahun 2003 dan Per.Men.Nakertrans.RI No.Per.32/ MEN/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008.






















                                                      155
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160