Page 225 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 225
BAB XV
MENGENAI HARI PRAVARANA
HARI diakhirinya retret musim hujan dan ditutupnya musim (secara
harfiah: tahun) adalah hari ‘suiyi’ (secara harfiah: ‘sekehendak’;
Skt. pravarana), yakni sekehendak hati dan bebas memberitahukan
pelanggaran orang lain dalam tiga hal (yakni: apa yang disaksikan/
dilihat, apa yang didengar, dan apa yang diduga). Lalu dilanjutkan
dengan mengakui dan memperbaiki tindakan-tindakan negatif.
112
Terjemahan terdahulu untuk pravarana adalah ‘zizi,’ yang artinya
‘memanjakan diri (self-indulgence).’
Pada malam hari ke-14 (hari ke-15 adalah hari terakhir retret),
Sangha harus mengundang seorang biksu untuk duduk di tempat yang
tinggi dan melafalkan suatu sutra, sewaktu umat awam dan para biksu
berkumpul dalam jumlah banyak bagaikan awan atau kabut. Mereka
terus-menerus menyalakan pelita, mempersembahkan bunga dan
dupa. Pagi berikutnya, mereka semua mengelilingi perkampungan
atau kota dan memuja seluruh cetiya dengan hati yang tulus.
Mereka membawa kereta bertingkat, patung dalam tandu;
drum dan musik lainnya mengalun di angkasa, panji-panji dan
kanopi tertata rapi (secara harfiah: dijalin dan disusun), menjulang
tinggi berdiri megah dan menutupi mentari. Ini disebut sanmo jinli
112 Bandingkan dengan Mahavagga IV: ‘Lalu para Sthavira berkata, “Saya
mengundang Sangha untuk memberitahukan apa pun pelanggaran yang
mereka anggap telah saya lakukan – yang mereka lihat, mereka dengar,
atau mereka duga; mohon katakanlah kepada saya, Bhante, atas dasar welas
asih kepada saya. Bila saya melanggarnya, saya akan memperbaikinya.”’
Tampaknya Yi Jing menerjemahkan kata-kata ini hampir secara harfiah.
211