Page 240 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 240

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


                 Orang  yang  belum  menjadi  anggota  dari  ketujuh  parishad
                                                                            130
            sekarang  disebut  upasaka.  Inilah  tahap  pertama  menuju  Jalan
            Buddha.  Kemudian  setelah  menyiapkan  sebuah  jubah  sederhana
            (pata),  kain  penutup  samping  (gandapraticchadana),  jubah  bawah
            (nivasana),  mangkuk  patta,  dan  saringan  air  (untuk  kandidat),  di
            hadapan  Sangha  guru  tersebut  menyampaikan  bahwa  kandidat
            berkeinginan menjadi seorang biksu. Jika Sangha menerimanya, atas
            nama  kandidat,  guru  meminta  Acarya  (untuk  melakukan  upacara).
            Kemudian di ruang pribadi, kandidat dicukur rambut dan jenggotnya
            oleh tukang cukur, dan membersihkan diri dengan air dingin atau air
            hangat sesuai musim. Dengan cara tertentu atau cara lainnya, guru
            mengecek  apakah  kandidat  bukan  seorang  kasim  dan  sebagainya,
            dan  kemudian  mengenakan  jubah  bawah  (nivasana)  pada  kandidat.
            Kemudian  jubah  atas  (uttarasanga)  diberikan  kepadanya,  di  mana
            diterima  oleh  kandidat  dengan  menyentuhkannya  di  atas  kepala.
            Setelah  mengenakan  jubahnya,  dia  menerima  mangkuk  patta.  Lalu
            dia disebut pertapa pengembara (pravrajita). Selanjutnya, di hadapan
            (Upadhyaya), Acarya memberikannya 10 sila (yaitu 10 Sikshapada), baik
            dengan melafalkan atau membacanya. Setelah diberikan sila-sila ini,
            dia disebut sramanera.


                 (Catatan oleh Yi Jing): Sramanera seharusnya diinterpretasikan
            sebagai  ‘dia  yang  mencari  ketenangan,’  artinya  ‘orang  yang  ingin
            merealisasi Nirvana, Kedamaian Sempurna.’ Transliterasi dulu adalah
            ‘shami,’ tetapi ini terlalu pendek dan pengucapannya keliru. Istilah
            ‘shami’  diinterpretasikan  sebagai  ‘bersemayam  dalam  welas  asih,’
            tetapi ini tidak berdasar meskipun mempunyai arti.


                 Keagungan,  upacara,  sikap  dan  tata  cara,  ritual  memohon
            instruksi  dan  mengumumkan  maksud  seseorang  –  untuk  seorang
            sramanera  adalah  sama  dengan  mereka  yang  akan  menerima
            penahbisan lengkap.  Untuk seorang sramanera, tidak menjalankan
                                131
            130  Lihat Bab XV halaman 209, catatan kaki 111.

            131  Yakni upasampada. Prof. Rhys Davids memilih untuk menggunakan kata
            ‘inisiasi’ ketimbang ‘penahbisan’ untuk kata upasampada (Milinda II dalam


                                            226
   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245