Page 245 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 245

Bab XIX — Tata Cara Penahbisan


                 Begitu  upacara  selesai,  dia  harus  segera  mengukur  bayangan
            matahari  (untuk  menentukan  tanggal  penahbisan)   dan  mencatat
                                                             139
            nama musim (ada lima musim).

                 Berikut  adalah  cara  mengukur  bayangan.  Ambillah  sepotong
            kayu  setipis  sumpit  yang  ramping,  sekitar  satu  hasta  panjangnya,
            bengkokkan potongan kayu pada jarak empat lebar jari dari ujung
            kayu,   seperti  bentuk  penggaris  siku,  di  mana  sisi  yang  pendek
                 140
            mengarah ke atas dan tegak lurus dengan sisi yang panjang. Di tengah
            hari,  ketika  sisi  yang  panjang  diletakkan  di  tanah,  bayangan  dari
            sisi yang tegak lurus jatuh pada sisi horizontal dari kayu. Kemudian
            bayangan  diukur  dengan  empat  jari.  Jika  panjang  bayangan  persis
            selebar  empat  jari,  ini  disebut  satu  purusha  (atau  paurusha).
                                                                            141
            Demikianlah  waktu  diukur  dengan  berapa  banyak  purusha,  atau

            139  Lihat juga Mahavagga I.

            140  ‘Lebar jari’ dalam bahasa Sanskerta adalah angula. Dua belas angula sama
            dengan satu vitasti [satu jengkal jari tengah; 一 搩 手 (yi zha shou)]. ‘Lebar
            jari’ janganlah dicampuradukkan dengan ‘ruas jari’ (anguliparvan), yang juga
            merupakan satuan ukuran. Sebagai contoh, lihat ‘Caturangulam’ dalam teks
            Sanskerta Sukhavativyuha. Lihat Bab VI halaman 131, catatan kaki 11.

            141  Sebagai  satuan  ukuran,  umumnya  purusha  berarti  ukuran  sepanjang
            kedua belah tangan mendepang dari ujung jari tengah tangan kiri sampai
            ujung jari tengah tangan kanan, yaitu satu depa. Tetapi menurut Yi Jing,
            tampaknya purusha berarti empat angula (empat lebar jari = sepertiga vitasti
            =  seperenam  hasta),  dengan  demikian  dalam  konteks  teknis,  hendaknya
            kita menganggap purusha atau paurusha berarti ‘empat lebar jari.’ Apakah
            kata sapta-paurusha dalam teks Sanskerta, Sukhavativyuha, secara teknis juga
            berarti 28 angula? Atau tujuh depa sebagaimana diterjemahkan Prof. Max
            Müller? Terjemahan bahasa Tionghoa oleh Bodhiruci untuk sapta-paurusha
            adalah ‘tujuh kaki.’ Teks Sukhavativyuha berbunyi demikian: Bunga-bunga
            berjatuhan sedalam tujuh depa, dan ketika orang berjalan di atasnya, kaki
            mereka tertutup hanya sedalam empat angula. Perbedaan besar antara tujuh
            depa dan empat angula membuat kita berpikir bahwa dalam ajaran Buddha,
            atau  setidaknya  menurut  suatu  tradisi  Buddhis,  paurusha  secara  teknis
            dianggap empat angula sebagaimana menurut Yi Jing. Lihat The Land of Bliss
            dalam The Sacred Books of the East, Jilid XLIX. Detail mengenai satuan ukuran
            ini dijelaskan dalam Mulasarvastivada-ekasatakarman, Buku I.


                                            231
   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250