Page 249 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 249
Bab XIX — Tata Cara Penahbisan
lain setelah penahbisan, kecuali kepada guru-gurunya, di mana dia
bisa mempersembahkan sesuatu yang tidak begitu berharga maupun
sesuatu yang luar biasa. Barang-barang seperti pengikat pinggang
atau saringan harus dibawa dan dipersembahkan kepada guru-guru
yang hadir di tempat penahbisan (dan yang ikut berpartisipasi), untuk
menunjukkan rasa terima kasih yang tulus (secara harfiah: pikiran
yang tanpa cacat, yaitu amogha). Kemudian Upadhyaya menjelaskan isi
Pratimoksha mengajarkan kandidat karakteristik dari pelanggaran
149
dan bagaimana melafalkan sila-sila.
Setelah ini dipelajari, kandidat mulai membaca Vinaya
Pitaka yang lebih panjang. Dia membacanya hari demi hari,
dan mengontemplasikannya setiap pagi, karena jika dia tidak
melakukannya terus-menerus dia akan kehilangan daya intelektual.
Setelah selesai membaca Vinaya Pitaka, dia mulai mempelajari sutra-
sutra dan sastra-sastra. Demikianlah cara seorang guru mengajar
muridnya di India. Meskipun waktu sudah lama berlalu sejak masa
Buddha, kebiasaan ini masih tetap berlangsung. Kedua guru (yaitu
Upadhyaya dan Karmacarya) diumpamakan seperti orang tua.
150
Apakah tepat orang yang telah bersusah payah untuk ditahbiskan,
namun tidak memperhatikan sila setelah ditahbiskan?
Tentu saja disayangkan jika awal yang baik tidak berakhir
memuaskan. Ada sejumlah orang yang awalnya memang berniat
ditahbiskan, mereka kemudian menemui guru-guru, namun setelah
penahbisan mereka tak pernah menemui guru mereka lagi. Mereka
tidak membaca buku tentang sila maupun membuka teks-teks Vinaya.
Sia-sia saja orang-orang demikian menjadi anggota Sangha. Mereka
membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Orang-orang
demikian menyebabkan merosotnya ajaran.
149 Lihat teks Vinaya, Bagian I dalam The Sacred Books of the East, Jilid XIII.
150 Mengenai kedua guru ini, lihat Mahavagga I dalam The Sacred Books of the
East, Jilid XIII.
235