Page 294 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 294
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
Saya tidak tahu apakah berpantang untuk menyembuhkan
penyakit seyogianya dipraktikkan di Tiongkok atau tidak. Tapi jika
berpantang makan selama seminggu mengakibatkan kematian, itu
dikarenakan penyakit sudah tidak ada lagi di tubuhnya, karena jika
penyakit masih ada dalam tubuh, maka berpantang makan selama
beberapa hari lagi pun, tak akan menyebabkan kematian. Beberapa
waktu lalu saya menyaksikan seseorang yang berpantang makan
selama 30 hari dan dia pulih kembali. Lalu mengapa kita ragu terhadap
kemanjuran berpantang makan untuk jangka waktu yang lama?
Tidak baik memaksa orang yang menderita demam parah untuk
minum air tajin yang panas atau untuk menyantap makanan; sekadar
tahu seseorang sedang sakit tetapi tidak memeriksa penyebab
sakitnya. Astaga, ini berbahaya!
Mungkin ada orang yang sembuh dengan pengobatan seperti
itu, tapi janganlah mengajarkan orang-orang untuk mengikutinya.
Itu dilarang secara ketat dalam ilmu pengobatan. Lebih lanjut, di
Tiongkok, orang-orang sekarang kebanyakan menyantap ikan dan
sayuran mentah, sedangkan di India tidak demikian. Semua sayuran
dimasak hingga matang dan disantap setelah mencampurnya dengan
awei (assafoetida), minyak samin, minyak, atau bumbu.
Orang-orang (di India) tidak menyantap bawang apa pun. Kadang-
kadang saya tergoda dan memakannya, dan itu menyebabkan sakit
sewaktu menjalankan Uposatha, melukai perut, di samping merusak
penglihatan mata dan menambah penyakit, serta menyebabkan
tubuh menjadi semakin lemah. Itulah sebabnya orang-orang di India
tidak menyantap bawang. Semoga para bijaksana menaruh perhatian
pada apa yang saya katakan dan menjalankan apa yang berguna
serta menghentikan hal-hal yang merugikan. Jika seseorang tidak
mengikuti apa yang dianjurkan tabib, itu bukanlah kesalahan tabib
tersebut.
280