Page 296 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 296
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
BAB XXIX
PENGOBATAN YANG MERUGIKAN HENDAKNYA
TIDAK DIPRAKTIKKAN
ADA beberapa tempat di mana kebiasaan yang tidak baik telah
dijalankan sejak dulu, yakni jika ada penyakit, orang-orang
menggunakan urin dan tinja sebagai obat; terkadang kotoran
babi atau kucing yang diletakkan di piring atau disimpan dalam
kendi. Orang-orang menyebutnya ‘Ramuan Naga,’ yang walaupun
sebutannya indah, tetapi merupakan kotoran paling menjijikkan.
Meskipun memakan bawang-bawangan diperkenankan (oleh Buddha)
dalam kondisi tertentu, tetapi orang yang menyantapnya harus
mengisolir diri dalam ruangan yang terpisah, dan mempurifikasi diri
dengan membersihkan diri dan mandi selama tujuh hari sebelum dia
berkumpul dengan Sangha. Selagi tubuh seseorang belum murni, dia
tidak bergabung dengan Sangha, dia tidak layak berjalan mengitari
stupa, memberi penghormatan maupun melakukan puja.
Karena berbau busuk dan tidak murni, bawang-bawangan tidak
diperkenankan untuk disantap kecuali sedang sakit. Penyembuhan
214
dengan ‘bahan busuk buangan’ – salah satu dari empat aturan
215
seorang biksu – termasuk menggunakan bahan busuk dan bahan
buangan bermaksud menghemat sedemikian rupa sehingga memadai
untuk sekadar hidup. Tentu saja obat-obat yang berharga dapat
dikonsumsi oleh siapa pun, dan bukanlah tindakan yang keliru jika
diminum.
214 Lihat Cullavagga V dalam The Sacred Books of the East, Jilid XX.
215 Empat aturan cara hidup seorang biksu dijelaskan dalam Caturvarga-
vinaya, Bab XXXV (Katalog Nanjio No. 1117). Ini adalah empat Nissaya
menurut Mahavagga I: (1) Pindiyalopabhojanam; (2) Pamsukulacivaram; (3)
Rukkhamulasenasanam; (4) Putimuttabhesajjam. Bandingkan dengan Bab X
halaman 169-171, catatan kaki 59, dan juga catatan kaki di bawah ini.
282