Page 374 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 374
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
BAB XXXIX
SI PENGAMAT IKUT BERSALAH
TINDAKAN seperti membakar diri biasanya dianggap sebagai cara
untuk menunjukkan ketulusan. Dua atau tiga teman dekat bergabung
dan membuat kesepakatan untuk memprovokasi murid-murid muda
untuk menghancurkan hidup mereka. Mereka yang terlebih dahulu
meninggal dengan cara demikian, melanggar aturan Sthulatyaya,
369
dan mereka yang kemudian mengikuti contoh tersebut, melanggar
aturan Parajika, ini dikarenakan mereka bermaksud mendapatkan
370
manfaat tetapi mengabaikan aturan (yang melarang bunuh diri) dan
bersikukuh pada niat negatif mereka, menginginkan kematian dengan
melanggar sila. Orang-orang seperti itu tak pernah mempelajari
ajaran Buddha. Jika murid-murid seperjuangan menganjurkan praktik
ini, mereka melakukan pelanggaran (yang tidak bisa ditebus), seperti
halnya mata jarum yang patah (tak dapat diperbaiki lagi). Mereka
yang berkata pada seseorang: ‘Oh, mengapa engkau tidak membakar
diri?’ – melakukan pelanggaran (yang tak dapat diperbaiki), seperti
halnya batu yang hancur tak dapat disatukan. Kita harus berhati-
hati mengenai hal ini. Pepatah mengatakan: ‘Lebih baik membalas
kebaikan orang lain daripada menghancurkan hidup kita sendiri,
dan lebih baik mengembangkan kualitas diri daripada merusak
nama sendiri.’ Memang ada Bodhisattva yang memberikan tubuhnya
kepada harimau yang kelaparan. Tetapi seorang sramana (biksu yang
menjalani Vinaya) seharusnya tidak memotong dagingnya sendiri
untuk diberikan sebagai pengganti nyawa merpati. Daya kita belum
369 Yakni larangan kelompok kedua. Lihat istilah ‘thulo’ dalam A Dictionary
of the Pali Language oleh Childers. Lihat juga Bab XXXV halaman 344, catatan
kaki 356.
370 Larangan kelompok pertama dan yang terberat konsekuensinya. Lihat
istilah ini dalam A Dictionary of the Pali Language oleh Childers.
360