Page 73 - E-Modul Kapita Selekta Bahasa Indonesia_Neat
P. 73
berlibur di rumah nenek. Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenekbahwa
besok saya akan pulang karena sudah beberapa hari di sini .“Mengapa cepat sekali
pulang cucuku? Rindu nenek masih...” ”Lusa hari sekolah sudah mulai, Nek!”
sambungku cepat. “Kalaubegitu, nenek tidak bisa menahanmu, nanti bapakmu
marah.” Nek, bisa antar saya besok sekalian jalan-jalan ke kota. Sudah lama
juganenek tidak ke kota. Nanti kita jalan- jalan menikmati ramai dan hiruk pikuknya
kendaraan dan megahnya ba- ngunan di kota Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada
sepupumu akan dinikahkan minggu depan” Jawabnya.Keesokan harinya, Bapak dan
Ibu menjemputku. Sekiat 20meter dari rumah nek, Saya melambaikan tangan kepada
nenek sambil mengucapkan dalam hati “Selamat tinggal panorama desakuyang indah
dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang, sampai jumpa nek di libur cawu
mendatang.”
b. Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk memahami unsur-unsur instrinsik yang membangun suatu karya sastra tertentu
dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh
(Aminuddin, 2008). Diharapkan dengan pemahaman tersebut pembaca menulis karya
sastra tertentu dengan baik. Untuk itu, sebelum siswa ditugasi menulis puisi misalnya
lebih dahulu dibelajarkan tentang unsur-unsur instrinsik puisi. Menurut I.A Richard
(dalam Situmorang,1980) ada dua hal pokok yang membangun puisi, yaitu hakikat
puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang
metode puisimeliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, imagery, ritme dan
rima.Hubungan keduanya erat, oleh Tarigan (1989) seperti hubungan jiwa dan
tubuh.sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi
dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.(a) Unsur lahiriah (metode puisi) (1) Diksi.
Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi katasecara tepat menurut tempatnya
yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan
dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupunsecara konotatif. Misalnya:
Sekali berarti (bukan: bermakna, berguna, bermanfaat) Sudah itu mati (bukan: wafat,
meninggal, tewas, mampuas, dll. (2) Gaya bahasa. Gaya bahasa ialah cara atau gaya
tertentuyang digunakan penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang, dan
69