Page 53 - Arah Baru Kebijakan Penegakan Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
P. 53
Arah Baru Kebijakan Penegakan Hukum Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
C. MENGURAI BENANG KUSUT KEJAHATAN TERHADAP KEHIDUPAN LIAR
C.1. MENGURAI BENANG KUSUT KONSEP KEJAHATAN TERHADAP KEHIDUPAN LIAR
Kejahatan terhadap kehidupan liar adalah pelanggaran yang melibatkan kehidupan liar
(flora dan fauna liar) dan mengandung pelanggaran hukum (nasional atau internasional).
Kejahatan terhadap kehidupan liar juga melibatkan tindakan terkait sanksi yang
33
bertujuan menarik stigma moral-sosial dan menghukum perilaku melanggar. Interpol
mendefinisikan kejahatan terhadap kehidupan liar sebagai eksploitasi ilegal atas flora
34
dan fauna dunia. Walaupun definisi tersebut merupakan konseptualisasi dari
perdagangan ilegal kehidupan liar ataupun eksploitasi ilegal, penting untuk
mempertimbangkan bahwa kejahatan terhadap kehidupan liar lebih dari itu. Kehidupan
liar terancam dan dieksploitasi dengan berbagai cara termasuk gangguan, pembunuhan,
penghilangan dari alam liar, kepemilikan, penjualan atau eksploitasi dan deforestasi atau
perusakan habitat lainnya. Tidak semua kegiatan dilakukan untuk tujuan ekonomi atau
35
korban diakui hukum, mengingat saat ini binatang bukan merupakan subjek hukum yang
dapat dikatakan sebagai korban.
36
Lebih lanjut, kejahatan terhadap kehidupan liar melibatkan aktor-aktor transnasional,
ancaman kepunahan terhadap spesies tertentu, dan pembatasan dalam kawasan, serta
kejahatan yang dilakukan oleh aktor legal dan ilegal, bahkan kejahatan yang dilakukan
oleh negara. Kejahatan terhadap kehidupan liar mencakup berbagai perilaku pidana
37
dan pelanggaran yang didefinisikan oleh aturan, kenyataannya kejahatan terhadap
kehidupan liar adalah kerumitan dalam definisi dan interpretasi praktis. Kejahatan
terhadap kehidupan liar lebih dari tindakan yang tertangkap oleh definisi hukum atas
33 Kenneth Mann, ‘Punitive Civil Sanctions: The Middleground between Criminal and Civil Law’, Yale Law
Journal, 101 (1992), hlm. 1795–1873.
34 Interpol, “Environmental Crime,” http://www. interpol.int/Crime-areas/Environmental-crime/Environmental-
crime, diunduh pada 17 Oktober 2019.
35 Angus Nurse, ‘Repainting the Thin Green Line: The Enforcement of UK Wildlife Law’, Internet Journal of
Criminology, October (2012), hlm 1–20. Lihat juga: Angus Nurse, Animal Harm: Perspectives on Why People
Harm and Kill Animals, (Farnham: Ashgate, 2013), Angus Nurse, ‘Rural Crime and Policing’ dalam Garry
Bosworth dan Peter Sommerville, (eds) Interpreting Rurality: Multidisciplinary Approaches, (London:
Routledge, 2013), dan Michael J. Lynch dan Paul B Stretesky, Exploring Green Criminology: Toward a Green
Criminological Revolution, (Farnham: Ashgate, 2014).
36 Angus Nurse, Op.Cit., hlm. 23. Lihat juga: Kean, H. Animal Rights, (London: Reaktion Books Ltd., 1998),
Wise, S.M. Rattling the Cage: Towards Legal Rights for Animals, (London: Profile, 2000), Regan, T. The Case
for Animal Rights, (Berkeley: University of California Press, 2004), dan Hall, M. ‘The Roles and Use of Law
in Green Criminology’, International Journal for Crime Justice and Social Democracy, 3(2) (2014), hlm. 97–
110.
37 Ibid., hlm 13.
| 37