Page 28 - Digital Flipbook Pangan Lokal Banten
P. 28
Daun walang memiliki kandungan essential oil yaitu 2,4,5-trimethyl-benzaldehyde
(22.7%), (E)-2-dodecenal (27.5%), carotol (8.8%), 3-dodecenal (5.2%) dan y-terpinene
(3.8%) (Pribadi & Azmi, 2019). Berdasarkan penelitian Bhavana et al., (2013) daun walang
mengandung fenol, flavonoid dan tanin yang dikenal memiliki aktivitas biologi seperti anti-
inflamasi, antibakteri, antioksidan, dan antikanker.
Bagian daun walang yang dimanfaatkan sebagai bumbu dan rempah adalah bagian
daunnya. Daun walang dimanfaatkan sebagai pemberi rasa dan pemberi aroma. Menurut
Devier et al. (2016) selain sebagai bumbu dan rempah, daun walang juga digunakan sebagai
obat, daun walang dimanfaatkan untuk anti-inflamasi serta berbagai macam penyakit yaitu
asma, batuk, pneumonia, diare, malaria, hipertensi, dan banyak penyakit lain. Daun walang
dalam pemanfaatannya pada pangan lokal dikategorikan sebagai bumbu. Salah satu olahan
pangan lokal Banten yang menggunakan daun walang ialah angeun lada. Proses pembuatan
olahan pangan angeun lada dapat dilihat pada Video 3.5.
Video 3.5 Pemanfaatan daun walang pada olahan
angeun lada khas Banten
[Sumber: https://youtu.be/QxDg85OKPNo]
MELINJO (Gnetum gnemon)
Melinjo merupakan tanaman asli Indonesia ini memiliki tinggi hingga 15 meter (50 ft)
dan dapat ditemukan di daerah kering hingga lembab. Buah melinjo yang telah matang
diciri-cirikan dengan warna merah oranye, berdaging, dan mengandung getah. Biji melinjo
tersusun dari tiga lapisan pelindung, endosperma, dan embrio. Lapisan kulit luar biji
berwarna hijau hingga merah (Prajnaparamita & Susanti, 2021) (Gambar 3.8). Menurut
Dishutbun (2018), melinjo merupakan tumbuhan yang mendominasi di hutan rakyat Banten.
elinjo banyak dimanfaatkan masyarakat lokal setiap Kabupaten/Kota di Banten.
21