Page 467 - Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 by Ibnu Katsir_Neat
P. 467
Setiap tahun engkau melibatkan diri dalam peperangan, kesabaranmu
yang kuat telah mengantarmu kepada puncaknya.
D e ngan mewariskan harta benda, yang pada dasamya adalah kehor
matan, karena hilangnya masa quru' istrimu pada masa itu.
Syair terse but memuji salah seorang panglima pe�g, yang leb.i:h meng
utamakan e rperang hingga hilang masa suci isterinya, dan ia tidak sempat
b
mencampuri mereka.
Pendapat kedua, yang dimaksud dengan quru' adalah haid. Sehingga
seorang wanita belum dinyatakan selesai menjalani masa iddahnya sampai
suci dari haidnya yang ketiga. Ulama lainnya menambahkan dengan kalimat,
p
dan ia sudah mandi besar. Batas waktu minimal e mberian nafkah kepada
3
wanita a da masa menjalani masa iddahnya adalah 3 (tiga puluh tiga) hari
p
dan sesaat sesudahnya.
Ats-Tsauri meriwayatkan, dari Mansur, dari Ibrahim, dari Alqamah,
ia menceritakan, kami pemah berada eli sisi Umar bin Khattab �' lalu ada se
orang wanita mendatanginya seraya berkata: "Suamiku telah meninggalkan
ku satu atau dua kali. Kemudian ia datang kembali kepadaku sedang aku telah
mengemasi pakaianku dan menutup rapat pintuku." (Maksudnya: telah berlalu
haid yang ketiga kali, dan siap untuk mandi besar lalu suaminya datang untuk
kembali rujuk). Maka Umar berkata kepada Ibnu Mas'ud, "Aku berpendapat,
dia tetap menjadi istrinya selama dia belum boleh mengerjakan shalat (belum
mandi wajib). " Ibnu Mas'ud pun berpendapat seperti itu.
Diriwayatkan juga dari Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab,
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu a rda , Ubadah bin Shamit,
D
'
Anas bin Malik, Ibnu Mas'ud, Mu'adz, Ubay bin Ka'ab, Abu Musa al-Asy'ari,
Ibnu Abbas, Sa'id bin Musayyab, al-Qamah, al-Aswad, Ibrahim, Muhajid,
Atha', Thawus, Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Muhammad bin Sirin, al-Hasan,
Qatadah, asy-Sya'abi, Rabi' bin Anas, Muqatil bin Hayyan, as-Suddi, Makhu1,
adh-Dhahhak, dan Atha' al-Khurasani. Mereka semua menyatakan bahwa
quru' berarti haidh. Itu pula yang menjadi pendapat Imam Abu Hanifah dan
p
para sahabatnya, serta pendapat yang a ling shahih dari dua riwayat Imam
Ahmad bin Hambal. Diceritakan al-Atsram, bahwa ia mengatakan, para pem
besar dari kalangan s a habat Rasulullah !A berkata: " Q uru ' adalah haidh."
p
p
D a n itu pula yang menjadi e nda a t ats-Tsauri, al-Auza'i, Ibnu Abi Laila,
Ibnu Syubrumah, Hasan bin Shalih bin Hayi, Abu Ubadah, dan Ishak bin
Rahawaih.
Ibnu Jarir mengatakan, dalam e rcakapan masyarak;n Arab, quru '
p
berarti waktu datangnya sesuatu, yang sudah rutin dan diketahui waktunya,
448 Tafsir lbnu Kats

