Page 473 - Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 by Ibnu Katsir_Neat
P. 473
da p at menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. "
T etapi jika tidak ada alas an bagi si isteri, lalu ia meminta tebusan dari
suamiya, maka mengenai hal ini, Ibnu Jarir telah meriwayatkan, dci:ri Tsauban,
bahwa Rasulullah � bersabda:
0 .J. ,. ,. , ,. 2 ,. ,.,. ,. · 0 ,. ,.,. ,. ....
' " � "
T JJ
1t;J1 " ' ' \ I A "I� ( ' ' \J \.0 · • l�i')\j ��� ' � � i' I ��
•
< · - . � ) � r .rt 'If . _, � 'T r " )
.. ' "
"Wanita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang
dibenarkan, maka diharamkan baginya bau surga." Hadits ini diriwayatkan
pula oleh at-Tirmidzi, dan ia mengatakan, hadits hasan.
Imam Ahmad juga meriwayatkan, dari Abu Qalabah, ia menceritakan,
bahwa Abu Asma' dan Tsauban pernah berkata, bahwa Rasulullah � ber
sabda:
" W anita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya dengan alasan yang
tidak dibenarkan, maka diharamkan baginya wangi surga."
Demikian pula diriwayatkan Abu Dawud, Ibnu Majah, IbnuJarir, dari
Hamad bin Zaid.
Kemudian banyak kelompok dari kalangan ulama salaf dan para imam
khalaf yang menyatakan, bahwasanya tidak dibolehkan khulu' (talak yang di
tebus oleh si isteri) kecuali te�adi syiqaq (perselisihan) dan nusyuz (kedurhakaan)
dari pihak isteri. Maka pada saat itu, bagi suami diperbolehkan untuk menerima
fid a _h (tebusan).. D_alam haJ it}-!, merek� berlapdask� p1da fi:man Allah �:
y
,
� Alll � J� 1 :_Jl )If �� Jf \11 \0. J. �1�' -� 11�\f Jf � � )11 1 "Tidak halal
b a g i kalian mengambil kemliali dari sesuatu yang telah kalian berikan kepada
mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat men j alankan hukum
hukum Allah. " Lebih lanjut mereka mengemukakan: "Khulu' itu tidak disyariat
kan kecuali dalam kondisi seperti ini, sehingga tidak diperbolehkan melakukan
khulu' dalam kondisi yang lain kecuali dengan dalil. Karena pada dasarnya
khulu' itu tidak ada."
Di antara yang berpendapat demikian itu adalah Ibnu Abbas, Thawus,
Ibrahim, Atha', al-Hasan, dan jumhur ulama. Sampai Imam Malik dan al
Auza'i mengatakan, "Seandainya suami mengambil suatu tebusan dari isterinya,
sedangkan hal itu memudharatkan pihak isteri, maka ia harus mengembalikan
nya, dan jatuhlah talaknya sebagai talak raj 'i. " Dan menurut Imam Malik,
"ltulah persoalan yang sering kujumpai menimpa ban yak orang."
Dan Imam Syaf ' i rahimahullahu berpendapat bahwa khulu ' itu di
i
perbolehkan pada waktu te�adi perselisihan dan ketika dicapai kesepakatan
454 Tafsir b nu Katsir
l

