Page 494 - Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 by Ibnu Katsir_Neat
P. 494
"'Y a Rasulullah, sesungguhnya puteriku ditinggal mati suaminya, hingga
matanya bengkak, apakah kami boleh memakaikan celak a da matanya?'
p
Rasulullah A menjawab: 'Tidak.' Setiap pertanyaan, beliau jawab 'tidak' dua
ka1i atau tiga kali. Setelah itu beliau bersabda: 'Sesungguhnya masa berkabung
nya adalah empat bulan sepuluh hari. Dulu, seorang di antara kalian ada
pada masa jahiliyah, mengurug diri (mengalami masa iddahnya) selama satu
tahun.'"
Bertolak dari hal tersebut di atas, banyak dari kalangan para ulama yang
berpendapat bahwa ayat ini berkedudukan sebagai penasakh {penghapus) hukum
ayat sete!_ahny�, x aitu firm� - � ya ; ' " - , _ - ' - • · -
� �1/:-1 � JYJI Jl �� �\Jj� � J 6..1J) 0 J.J�J � 0';-.;. ;j;UIJ 1 ''Dan orang·
orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri,
hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, yaitu diberi nafkah hingga setahun
lamanya dengan tidak disuruh pindah (da ri rumahnya). " (QS. Al-Baqarah: 240).
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan ulama lainnya.
Namun hal ini perlu ditinjau kembali sebagaimana yang akan dikemukakan
selanjutnya.
Yang dimaksud dengan ber k abung adalah meninggalkan berhias dengan
wangi-wangian dan memakai pakaian dan perhiasan atau hal lainnya yang
menunjukkan pada keinginan menikah. Yang demikian itu telah disepakati
sebagai suatu hal yang wajib dalam iddah wanita yang ditinggal mati suamiya,
dan tidak wajib bagi wanita yang ditalak r a j 'i. Lalu apakah hal itu wajib bagi
iddah wanita yang ditalak ba'in. Mengenai yang terakhir ini terdapat dua
b
pendapat. Diharuskan berkabung a gi semua wanita yang ditinggal mati
suaminya, baik itu wanita masih kecil atau sudah tua, wanita merdeka atau
budak, muslimah maupun kafir. Hal itu berdasarkan pada keumuman ayat
di atas.
Ats-Tsauri, Abu Hanifah dan para sahabatnya mengatakan: "Tidak
ada kewajiban bagi wanita kafir untuk berkabung." Pendapat tersebut juga
dikemukakan oleh Asyhab dan Ibnu Nafi' salah seorang sahabat Malik.
Mereka berdalil dengan sabda Rasulullah A:
"Tidak dihalalkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari
akhir untuk berkabung atas seorang. yang meninggal d u nia melebihi tiga hari,
kecuali atas kematian suaminya, yaitu empat bulan sepuluh hari."
.Mereka mengatakan bahwa dalam hal ini, berkabung bagi isteri yang
ditinggal mati suaminya dijadikan sebagai suatu ibadah. Imam Abu Hanifah
dan ats-Tsauri mengecualikan wanita yang masih kecil karena tidak adanya
Tafsir lbnu Katsir Juz 2 475

