Page 100 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 100
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Dengan perspektif lain kita dapat mengatakan munculnya karya kesejarahan
dan hikayat yang bernaeka ragam itu, kian menjadikan kesusastraan Melayu
tidak lagi stereotipe, tetapi terbuka kepada berbagai-bagai kemungkinan.
Ini menjadikan nilainya meningkat, dan pada saat yang sama memperkuat
dasar keberadaannya, sebab ia menumpukan maknanya pada nilai Tauhid
dan konsekwensi moralnya bagi mereka yang menghayati keluasan makna
Tauhid. Juga karya-karya itu, serta penyebarannya yang luas, menggambarkan
latar belakang tempat dan kebudayaan Melayu dengan jelasnya di mana Islam
telah dihayati pada peringkat fikrah dan amalannya, dalam arti berkaitan
dengan soal hubungan manusia dengan Tuhan dan berkaitan pula dengan
soal hubungan manusia dengan sesamanya. Dengan demikian estetika yang
ditonjolkan ialah estetika berkenaan hikmah atau estetika Hikmah.
Hikayat sejarah atau bercorak kesejarahan memiliki beberapa ciri. Sejauh
Hikayat sejarah atau
bercorak kesejarahan mengenai sejarah sebuah kerajaan atau beberapa negeri yang merupakan
memiliki beberapa sebuah kerajaan besar, terdapat ciri umum yang sama atau mirip di antara
ciri. Apabila seorang karya-karya bercorak sejarah itu. Apabila seorang penulis menceritakan masa
penulis menceritakan lampau yang jauh, maka digunakan unsur mitos dan legenda yang hidup dalam
masa lampau yang
jauh, maka digunakan masyarakat. Sarana mitos atau legenda kadang digunakan secara simbolik,
unsur mitos dan kadang-kadang sebagai sarana untuk memberikan legitimasi kepada raja dan
legenda yang hidup keturunannya yang berkuasa. Sejarah Melayu misalnya menceritakan bahwa
dalam masyarakat.
Sarana mitos atau raja-raja Melayu merupakan keturunan Iskandar Zulkarnain. Setelah itu baru
legenda kadang sejarah yang sebenarnya mulai dipaparkan. Jika dimulai dari sejarah masa
digunakan secara lampau yang dekat, unsur mitos dan legenda tidak dipaparkan, seperti misalnya
simbolik, kadang-
kadang sebagai sarana tampak dalam Bustan al-Salatin fasal 12 dan Tuhfat al-Nafis. Ini jelas berbeda
untuk memberikan dengan penulisan sejarah zaman Hindu. Raja-raja dalam historiografi Hindu
legitimasi kepada raja disebutkan sebagai titisan Dewa, khususnya Wisynu. Perbedaannya yang lain
dan keturunannya yang 23
berkuasa. ialah dalam historiografi Islam, tarikh mulai disebutkan dengan jelas.
Ciri umum karya bercorak sejarah ialah sebagai berikut: (1) Menceritakan asal-
usul raja; (2) Menceritakan keturunan raja-raja; (3) Mengisahkan pembukaan
sebuah negeri oleh seorang raja dan asal-usul penamaan negeri yang baru
dibuka; (4) Menceritakan bagaimana agama Islam berkembang di negeri
bersangkutan, siapa tokoh-tokoh yang memainkan peranan penting dalam
penyebaran itu dan bagaimana kemudian Islam dipraktekkan dalam berbagai
aspek kehidupan; (5) Menceritakan keadaan negeri, peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi dari awal hingga masa paling akhir ketika buku itu ditulis. Kadang
pemaparan peristiwa yang lebih akhir ditambahkan oleh para penyalin kitab
itu. 24
Berkenaan dengan kedatangan dan perkembangan agama Islam, hikayat-
hikayat itu dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama ialah
seperti Hikayat Aceh, Misa Melayu, Hikayat Pahang dan Hikayat Johor. Hikayat-
hikayat ini tidak mengemukakan kisah kedatangan agama Islam karena
86