Page 98 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 98

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    dapat mengenal Tuhan disebabkan buta dan tuli. Tetapi jalan tasawuf bukan
                                    jalan  inderawi,  jadi  tidak  tergantung  apakah  orang  itu  tuli  dan  buta  secara
                                    jasmani.  Kemudian Nuri menjelaskan bahwa jalan tasawuf selain sukar juga
                                    berbahaya. Di laut kehidupan tidak mudah mendapat petunjuk. Burung-
                                    burung yang mendengar keberatan menempuh jalan tasawuf. Masing-masing
                                    mengemukakan alasan berbeda. Tetapi setelah duraikan pentingnya perjalanan
                                    itu, pada akhirnya burung-burung bersedia mengikuti petunjuk burung Nuri
                                    melakukan pengembaraan menuju Negeri Kesempurnaan. Penulis menutup
                                    alegorinya  dengan  mengutip  Hadis  qudsi,  ’Barang  siapa  mengenal  dirinya,
                                    akan mengenal Tuhannya’. Setelah tujuan dicapai burung-burung yang berhasil
                                    menempuh perjalanan itu, semuanya takjub, heran dan memuji kearifan burung
                                    Nuri.” 20


                                    Kedelapan, cerita Berbingkai. Cerita semacam ini sangat digemari pembaca,
               Cerita Berbingkai.   sehingga  versi dari masing-masing cerita banyak sekali dijumpai dalam sastra
              Cerita semacam ini    Melayu. Sebagian merupakan kisah binatang (fabel), sebagian lagi tidak termasuk
               sangat digemari
              pembaca, sehingga     fabel. Yang termasuk fabel ialah Hikayat Khalilah dan Dimnah dan Hikayat Bayan
               versi dari masing-   Budiman. Yang tidak termasuk fabel ialah Hikayat  Seribu Satu Malam, Hikayat
             masing cerita banyak   Maharaja Ali, Hikayat Bakhtiar, Hikayat Bibi Sabariah dan lain-lain. Selain sebagai
             sekali dijumpai dalam   sarana pengajaran, hikayat-hikayat ini berperan sebagai pelipur lara.
             sastra Melayu.   Kisah-
              kisah  Jenaka. Kisah-
              kisah jenaka sangat   Kesembilan, kisah-kisah  Jenaka. Kisah-kisah jenaka sangat digemari di seluruh
              digemari di seluruh   dunia. Dalam sastra Melayu kisah-kisah seperti ini bisa dibagi ke dalam dua
                    dunia.
                                    kelompok. Pertama kisah-kisah jenakan yang bersumber dari sastra Arab dan
                                    Persia seperti Hikayat Abu Nawas, Hikayat Umar Umayya dan Hikayat Nasrudin
                                    Affandi. Kisah Umar Umayya merupakan sempalan dari Hikayat Amir Hamzah.
                                    Umar Umayya adalah tokoh pendamping Amir Hamzah yang gemar berjenaka
                                    seperti Abu Nawas. Berdasarkan model ini kemudian muncul kisah-kisah jenaka
                                    lain dengan menggunakan tokoh tempatan seperti Pak Belalang (Melayu), Si
                                    Kabayan (Sunda), Modin Karok (Madura) dan lain-lain. Termasuk kisah jenaka
                                    dan sekaligus fabel ialah Kisah Pelanduk Jenaka yang sangat popular hingga
                                    sekarang.

                                    Di samping hikayat yang bersumber dari sastra Arab dan Persia itu terdapat pula
                                    hikayat  yang bersumber dari  tradisi lokal.  Di  antaranya ialah   Hikayat  Malim
                                    Dewa, Hikayat Malim Deman, Hikayat Pocut Muhammad, Hikayat Syah Mardan,
                                    Hikayat Isma Yatim, Hikayat Inderaputra, Hikayat Serengga Bayu dan lain-lain.
                                    Pahlawan-pahlawan lokal juga diabadikan perjuangannya dalam epos, begitu
                                    pula peristiwa sejarah. Yang terkenal ialah  Syair Perang Makassar  oleh Encik
                                    Amin, yang pola syairnya dipengaruhi oleh syair-syair Hamzah Fansuri.













                    84
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103