Page 148 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 148
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
di mesjid, shalat lima waktu sehari, dan mengaji al-Quran. Benteng seorang
mukmin ada tiga juga yaitu kanaat (puas), tidak tidur malam (atangi ing wengi),
dan menyepi. Buah merasa puas ialah hati menjadi terang; buah tak tidur
malam atau tirakat ialah memperoleh pencerahan; dan buah menyepi ialah
mudah memecahkan persoalan dunia. Kemudian diterangkan apa bentengnya
setan. Bentengnya setan adalah tidur banyak. Rumahnya setan adalah orang
yang memanjakan perut. Dan santapan setan adalah orang yang gemar
makanan haram. Semua itu menurut Maulana Malik Ibrahim merupakan jalan
mengenal Allah, dan menghindar dari ketidakpatuhan. Ia menyebut diri klalifah
dan mengaku bahwa apa yang dia ajarkan diambil dari kitab Imam al-Ghazali
Bidayat al-Hidayah. Tetapi isinya diperluas dengan keterangan yang ada di
dalam kitab fiqih seperti Masadullah, Mosabeh Mafateh dan Rawdat al-`Ulama.
Rawdat al-`ulama adalah karangan al-Zandawaisiti (w. 923 M) berisi kumpulan
pedoman etika yang dicukil dari al-Qur’an, Hadis dan ucapan para sufi (Drewes
hal 6). Adapun kitab Masabeh Mafateh mungkin adalah Kitab Mafatih al-raja’
fi sharh Masabih al-Diya, karangan al-Wasiti (w. 1394 M). Jadi merupakan buku
yang masih baru ketika Maulana Malik Ibrahim menulis risalahnya . 11
Adalah menarik bahwa Maulana Malik Ibrahim pada bagian permulaan
risalahnya mengutip hadis apokaliptik, “Apan wontenandikanira baginda
rasulullah alehi salam, hadis qudsi: Ingin tembe lamun aparek jaman ari kiyamat,
sakehing pandita mukmin wong saleh sami padem, gumanti bida’ah, akatah
kaliwat-liwat katahipun, angriridung agama Islam, akatah ujaripun salah,
seset atawa kupur, mapan kawor sakatahing mukmin…” (Pada akhir zaman,
ketika hari kiamat akan tiba, ulama sejati dan orang taat pada ajaran agama
akan lenyap dan diganti orang yang suka berbuat bidaah yang menyebabnya
rancunya ajaran Islam bercampur dengan ajaran keliru dan sesat). 12
Bahwa ketika buku ini ditulis, orang Islam masih minoritas dapat dirujuk pada
keterangan Tome Pires yang mengunjungi Sedayu, tempat ditemukannya buku
itu, pada tahun 1515 M. Menurut musafir Portugis itu kendati bupati Sedayu
kala itu telah memeluk Islam, tetapi penduduk masih banyak menganut agama
Hindu. Isi buku itu tampaknya sejalan dengan penelitian Syed M. Naquib al-Attas
yang mengatakan bahwa pada tahap awal penyebaran Islam yang diutamakan
ialah pengajaran fiqih, pengantar tasawuf dan ilmu kalam. Dari kutipan bagian
awal dari risalah ini jelas sekali bahwa tasawuf yang diajarkan adalah bukan
tasawuf yang mendalam dan etika yang diajarkan bersifat praktis.
Buku Imam al-Ghazali sendiri terdiri dari tiga bab, secara umum membahas
soal kepatuhan kepada perintah agama, cara-cara menghindarkan diri dari
dosa dan berhubungan dengan Allah dan manusia. Dalam bab I dibahas
masalah berkenaan dengan ketaatan, cara-cara terbaik mengenai bangun dan
tidur, aturan berwudhu, cara yang terpuji pergi ke mesjid, cara mengimami
shalat bersama dan menjadi makmum, aturan puasa Ramadhan dan lain-lain.
134