Page 19 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 19
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
terutama sekali menyampaikan way of life Islam melalui karya sastra terutama
dalam bentuk hikayat dan syair aneka rupa. Hikayat dan syair-syair itu diajarkan
di lembaga-lembaga pendidikan Islam dan umumnya menggunakan wahana
Bahasa Melayu. Sebagai bahasa Nusantara awal yang mengalami deras proses
islamisasi dan juga menjadi pengantar di lembaga pendidikan, dengan cepatnya
pula Bahasa Melayu menjadi bahasa ilmu pengetahuan, keagamaan dan sastra
yang terkemuka, karena perbendaharaan kata-kata telah diperkaya bahasa Arab
dan konsep-konsep yang ada dalam tradisi intelektual Islam. Terintegrasinya
bahasa Melayu ke dalam peradaban Islam itu memungkinkannya menjelma
menjadi bahasa pergaulan utama antar etnik di Nusantara baik di bidang
perdagangan dan politik maupun di bidang intelektual dan kebudayaan.
Mantapnya kedudukan Bahasa Melayu tersebut diperoleh karena pesatnya dan
luasnya penyebaran agama Islam, mula-mula di kepulauan Melayu sendiri pada
abad ke-13 – 15 M. Kemudian di berbagai pelosok Nusantara lain pada abad
ke-16 dan 17 M. Orang-orang Islam yang berpengaruh di bidang keagamaan,
politik, kebudayaan dan perdagangan sama-sama menggunakan bahasa Melayu
dalam menyampaikan ajaran dan ilmu-ilmu Islam (al-Attas 1970; Braginsky
1992).
Karya-karya penulis Melayu sebagian besar menggunakan wahana tulisan
Jawi, yaitu aksara Arab-Parsi yang dimelayukan. Penggunaan aksara ini pulalah
yang menyebabkan perkembangan sastra Melayu sedemikian pesatnya, sebab
aksara itu pulalah yang digunakan sebagai wahana penulisan karya-karya
Arab dan Persia yang menjadi sumber utama pada masa awal perkembangan
sastra Melayu. Tak perlu dijelaskan lagi betapa melimpahnya khazanah sastra
Melayu sebagai warisan peradaban Islam, sebagaimana dikemukakan dalam
tulisan-tulisan yang ada dalam jilid ke-4 buku in. Sesuai jenisnya karya-karya
tersebut dapat dikelompokkan menjadi: (1) Hikayat Nabi Muhammad s.a.w.;
(2) Hikayat Nabi-nabi sebelum Rasulullah; (3) Hikayat Para Sahabat Nabi; (4)
Hikayat Orang-orang Saleh dan Suci; (5) Hikayat Pahlawan-pahlawan Islam;
(6) Karangan bercorak Tasawuf; (7) Karangan bercorak kesejarahan; (8)
Sastra Adab termasuk sastra undang-undang dan ketatanegaraan; (9) Cerita
Berbingkai, termasuk kisah binatang; (10) Cerita jenaka.
Masing-masing jenis hikayat ini mempunyai ciri dan fungsi tersendiri, dan
sumber penulisannya juga berbeda-beda. Hikayat Nabi Muhammad s.a.w
misalnya bersumber pada sejarah kehidupan Nabi Muhammad dari sumber-
sumber paling awal, termasuk kesaksian kerabat dekat dan sahabat-sahabat
Nabi yang mengikuti perjuangannya menyebarkan agama Islam sejak awal.
Khususnya seperti yang dikumpulkan al-Tabari pada abad ke-8 M dalam
kitabnya Sirah Nabi Muhammad. Hikayat Nabi-nabi sebelum Rasulullah misalnya
ditulis berdasarkan sumber-sumber al-Qur’an, dilengkapi dengan kisah-kisah
yang telah lama dikenal bangsa Arab dan Ibrani melalui Taurat, Zabur dan Injil.
Kisah berhubungan dengan asal-usul kerohanian Nabi Muhammad yang diramu
berdasarkan konsep kosmologi sufi ialah Hikayat Kejadian Nur Muhamad.
5