Page 278 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 278
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Dalam bidang sastra, tak hanya carita pantun dan mantra, berbagai tradisi
Dalam bidang sastra, Sunda seperti adat nyawer juga semakin dipengaruhi Islam dari sisi bentuk dan
tak hanya carita pantun ungkapan sastranya. Nyawer merupakan sastra lisan yang dinyanyikan dalam
dan mantra, pengaruh
Islam terdapat pula upacara tertentu, seperti tingkeban, menyambut bayi lahir, sunatan, dan yang
pada tradisi Sunda populer adalah pernikahan. Bentuk puisinya ada yang berupa dangding terus
seperti adat nyawer, disambung dengan bentuk kalimat sawer, tetapi ada pula yang sawer saja.
nadoman atau puji- Puisinya berupa empat larik puisi layaknya sya'ir. Kata sawer sendiri konon
pujian, saduran cerita, berasal dari sya'ir. Tetapi terdapat pula beberapa bait sawer tertentu beserta
legenda dan syair dari 33
bahasa Jawa atau lagunya yang diketahui sangat kuna.
Melayu ke bahasa
Sunda. Selain sawer, beberapa bentuk sastra lisan Islam seperti syair pujian kepada Nabi
Muhammad beredar luas di mesjid-mesjid dan pesantren Sunda. Umumnya
dikenal dengan nadom atau pupujian. Ia merupakan nyanyian berisi puji-pujian,
doa, nasehat dan pengajaran. Setiap bait syair pupujian terdiri dari empat
34
larik yang murwakanti, tetapi ada pula yang menggunakan enam atau delapan
larik. Pupujian sebagaimana juga nadoman, marhaba, rudat, kasidahan, tagoni,
genjring terebang, dan semacamnya merupakan bentuk tradisi sastra Islam yang
memperkaya khasanah sastra dan seni pertunjukan Islam Sunda. Tak hanya
35
itu, beberapa pesantren terutama di daerah Cigawir Garut mengembangkan
sejenis tembang Sunda dengan lirik bernuansa Islam pesantren yang seringkali
disebut Cigawiran. Sebuah bentuk penyerapan seni dan sastra Sunda yang
36
diinterpretasikan ke dalam nuansa Islam Sunda ala pesantren.
Selain itu, pengaruh Islam juga tampak pada berbagai cerita, legenda, dan sejarah
dalam tradisi Islam Nusantara berbahasa Jawa atau Melayu yang disadur dan
diterjemah ke dalam bahasa Sunda dengan aksara pegon. R.D. Bratadiwidjaja,
Patih Mangunreja, Sukapura di antaranya menyadur karya Abdussamad al-
Falimbani menjadi Wawacan Bidajatoessalik (1864). Banyak sekali cerita Islam
37
disusun dengan menggunakan bentuk puisi dangding atau wawacan. Kisah-
kisah seperti Wawacan Amir Hamzah, Wawacan Sema'un, Wawacan Rengganis,
Wawacan Carita Ibrahim, Wawacan Carita Nurul Komar, Wawacan Nabi Paras,
dan masih banyak yang lainnya. Tak hanya cerita, pengajaran Islam pun banyak
pula yang disusun dalam bentuk wawacan, seperti Wawacan Hadis, Wawacan
38
Ibadah kalawan Iman, Wawacan Ilmu, Iman reujeung Amal, dan lainnya. Islam
dengan aksara Arab dan pegon serta berbagai cerita Islam merangsang semangat
orang Sunda untuk menulis sastra Sunda berupa wawacan yang digunakan
untuk dakwah agama. Sebagai sebuah puisi naratif, sejumlah wawacan juga
39
menggunakan setting Islam dan pesantren dalam menyusun cerita fiksi, seperti
terdapat pada Wawacan Purnama Alam karya R. Suriadireja. Sebuah wawacan
populer yang paling panjang hingga mencapai 6.197 bait (190 pupuh). 40
Bukan hanya cerita dan pengajaran Islam, berbagai tema tasawuf juga
banyak yang menggunakan bentuk guguritan dan wawacan sebagai wadah
pengungkapannya. Misalnya Wawacan Jaka Ula Jaka Uli/Wawacan Muslimin
Muslimat, Wawacan Dua Pandita/Pandita Sawang/Babad Cirebon, Wawacan
Pulan Palin, Wawacan Ganda Sari, Wawacan Nurmuhamad, Wawacan Buana
264