Page 281 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 281

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4























































                                                                                       KItab Martabat Tujuh yang ditulis
                                                                                       oleh Shaykh Abdul Muhyi. Abdul
                                                                                       Muhyi merupakan penyebar
           Wawacan Layang Seh  merupakan teks sastra naratif tentang Shaykh Abdul      Tarekat Shattariyah Tatar Sunda.
           Qadir Jailani. Teks tersebut dibacakan dalam upacara tertentu yang menandai   Sumber: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya.
           siklus hidup orang Sunda (tali paranti). Tradisi pembacaan dimaknai sebagai
           sebuah permohonan (nguningakeun maksad) akan barakat disampaikan melalui
           wali atau urang luhur yang dianggap memiliki karamat. Sebagai sebuah teks
           berkarakter kultural dalam nuansa ritual lokal, kedua naskah sufistik tersebut
           bisa kiranya dipahami sebagai titik berangkat pengembangan basis teoritis
           dalam kajian sastra Nusantara.

           Dalam tradisi sastra Sunda, sastra sufistik Sunda berkembang setelah masuknya
           pengaruh Islam di tatar Sunda pasca jatuhnya Kerajaan Sunda pada 1579.
           Islamisasi melalui jalur Cirebon dan Banten yang didukung Jawa-Mataram
           berdampak pada masuknya pengaruh budaya Jawa terhadap tradisi sastra Sunda.
           Karenanya bisa dipahami bila sastra Sunda tradisional berbentuk dangding atau
           guguritan  dan juga cerita berupa wawacan semula merupakan karya sastra




                                                                                                267
   276   277   278   279   280   281   282   283   284   285   286