Page 282 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 282

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    tulis yang banyak dipengaruhi budaya Jawa-Mataram terutama sejak abad ke-
              Dalam tradisi sastra   17.  Dangding bisa dianggap menjadi ciri keterpelajaran orang Sunda dalam
              Sunda, sastra sufistik   menyerap pengaruh  budaya Jawa. Sebagaimana Bujangga  Manik, seorang
              Sunda berkembang
               setelah masuknya     bangsawan Sunda yang melakukan perjalanan ke Jawa dan Bali, dikenal "bisa
             pengaruh Islam di tatar   carek Jawa" (pandai berbahasa Jawa) seperti diceritakan dalam naskah abad ke-
                                       53
             Sunda pasca jatuhnya   16,  maka berkembangnya dangding juga menunjukkan kemampuan itu dan
              Kerajaan Sunda pada   menjadikannya sebagai salah satu bagian kekayaan budaya Sunda.
             1579. Islamisasi melalui
               jalur Cirebon dan    Secara umum, sastra Sunda tradisional seperti dangding banyak dikembangkan
             Banten yang didukung   oleh kalangan  ménak Sunda. R.H. Muhammad Musa (1822-1886),  Hoefd
                Jawa-Mataram
               berdampak pada       Penghulu Limbangan Garut, sastrawan Sunda pertama yang mempublikasikan
              masuknya pengaruh     karya sastra berbentuk wawacan. R.A.A. Kusumaningrat alias Dalem Pancaniti,
             budaya Jawa terhadap   Bupati Cianjur (1834-1863) juga menulis surat kepada istrinya dalam bentuk
              tradisi sastra Sunda.  dangding.  Demikian pula Mustapa saling berkirim surat dengan rekannya,
                                              54
                                    Kiai Kurdi, mengenai masalah-masalah agama dalam bentuk dangding. R.A.A.
                                                                                                       55
                                    Martanagara, Bupati Bandung (1893-1918) yang banyak menulis  wawacan,
                                    piwulang dan babad, R.A.A. Wiranatakusumah (1888-1965), bupati Bandung
                                    zaman kolonial, menyusun dangding Soerat Al-Baqarah (1949) dan buku Riwajat
                                    Kangdjeng Nabi Moehammad s.a.w  (1941) yang di dalamnya terkandung
                                    terjemahan atas beberapa ayat Al-Qur’an dalam bentuk  dangding.  Sebuah
                                                                                                     56
                                    kreativitas literer yang dewasa ini diteruskan oleh R.H. Hidayat Suryalaga (1941-
                                    2011) dengan adaptasinya atas seluruh isi kitab suci itu dalam Saritilawah Nur
                                    Hidayah. 57

                                    Namun dari sekian banyak menak Sunda yang menulis dangding, kiranya hanya
                                    Mustapa  yang  sangat kental  dengan tradisi  sastra  sufistik Sunda.  Ia  menulis
                                    lebih dari 10.000 bait puisi sufistik, hampir semua dibuat dengan bahasa Sunda
                                    beraksara pégon. Konsernnya pada mistisisme Sunda memang mencengangkan
               Dari sekian banyak   bila melihat rentang waktu disusunnya berbagai guguritan mistik tersebut (1900-
              menak Sunda yang      1902).  Karya ulama  mahiwal  (lain dari yang lain) ini penting dilihat dalam
                                          58
               menulis dangding,    konteks sastra sufistik yang bercitarasa budaya Sunda dengan menggunakan
             kiranya hanya Mustapa
              yang sangat kental    dangding sebagai wadahnya. Signifikansi karyanya tampak pada penggunaan
              dengan tradisi sastra   media sajak bermatra (metrical verses)tersebut untuk menuturkan perjalanan
               sufistik Sunda. Ia   spiritualnya (suluk)dari pencarian hingga pencapaian. Ia menggunakan berbagai
               menulis lebih dari   citra dan simbol yang terdapat dalam alam pikiran Sunda terutama lingkungan
                10.000 bait puisi   alam Priangan yang diselaraskan dengan alam keislaman yang diyakininya. Ia
             sufistik, hampir semua
             dibuat dengan bahasa   juga menerima Islam dengan rohani yang sarat bekal kehidupan dan kekayaan
                Sunda beraksara     batin Sunda. Ia misalnya menggunakan cerita rakyat Sunda seperti Sangkuriang,
              pégon. Konsernnya     Ciung Wanara, Sunan Ambu, Prabu Siliwangi, Ratu Galuh, Dayang Sumbi dan
                pada mistisisme     Mundinglaya di Kusumah, untuk memperkaya penghayatan keagamaan orang
                Sunda memang        Sunda. Terdapat peleburan antara interpretasi sufistik dengan bingkai khasanah
              mencengangkan bila
             melihat rentang waktu   budaya Sunda tersebut.
              disusunnya berbagai
                guguritan mistik    Secara lebih luas, signifikansi sastra sufistik Mustapa tidak bisa dilepaskan dari
              tersebut (1900-1902).  konteks peneguhan identitas Islam lokal di tatar Sunda yang dilakukan melalui
                                    jalur tradisi sastra sufistik Sunda. Konteks identitas Islam lokal Sunda menjadi





                    268
   277   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287