Page 485 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 485
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
Terutama golongan terakhir, kelompok yang kerap disebut “kelompok muslim
transformis” ini dikenal memiliki latar belakang kesantrian yang kental, baik
yang bersifat tradisionalis maupun modernis. Dengan tampilnya kelompok
santri ini, gerakan-gerakan yang berorientasi pada pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat sema kin memperoleh perhatian besar. Hal ini
selanjutnya didukung fakta bahwa sebagian santri baru ini terlihat begitu aktif
di banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memberi perhatian be sar
pada upaya perubahan sosial masyarakat. Seraya melihat politik Orde Baru dari
sudut pandang pemikiran kritis dan teori ketergantungan, mereka pada saat
yang sama juga mengagendakan pemberdayaan masyarakat untuk bisa terlibat
dalam proses-proses politik dan kenegaraan. Maka, embrio kemunculan gerakan
pemberdayaan masyarakat di Indonesia disinyalir muncul dari kelompok ini.
LP3ES sebagai Katalisator
Perbincangan perihal gerakan pemberdayaan masyarakat menguat pada
pertengahan tahun 1970-an melalui peran Lembaga Penelitian, Pendidikan Sebagai satu ide dan
kebijaksanaan politik,
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) di Jakarta. Berstatus sebagai modernisasi tidak serta
LSM non-profit, LP3ES—yang resmi berdiri pada 19 Agustus 1971—awalnya merta diterima oleh
adalah organisasi perkumpulan yang dibentuk dari kerjasama pembangunan umat Islam, terutama
internasional di sektor swasta. Pemprakarsanya adalah sekelompok ekonom kelas menengah santri.
terkemuka dan kalangan intelektual Indonesia yang bergabung dalam Kekhawatiran terhadap
modernisasi ini muncul
Perhimpunan Indonesia untuk Pembinaan Pengetahuan Ekonomi dan Sosial dari anggapan bahwa
(Bineksos). Mereka di antaranya adalah Sumitro Djojohadikusumo, Adam modernisasi senantiasa
diiringi oleh proses
Malik, Selo Soemardjan, Emil Salim, Suhadi Mangkusuwondo, Koentjaraningrat, “westernisasi”. Oleh
Ali Wardhana, Ali Sadikin, Satrio B. Joedono, Taufik Abdullah, Soedradjat karena itu, muncul
Djiwandono, M. Yusuf Ronodipuro, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Joewono kecurigaan dan
Sudasono, Daan Jahja, Harlan Bekti, Ismid Hadad, Nono Makarim, dan beberapa pertanyaan tentang
hubungan antara
nama lainnya. modernisasi dan agama
20
Islam serta implikasinya
terhadap kehidupan
Untuk menjalankan roda organisasi, Nono Anwar Makarim diangkat sebagai politik umat Islam.
Direktur LP3ES yang pertama, didampingi oleh DG Wilke sebagai Wakil
Direktur. Gedung kantor ketika itu berada di Jalan Jambu No. 2, Jakarta
21
Pusat. Sebagai badan pelaksana Bineksos, LP3ES mempunyai bebe rapa tujuan
umum sebagaimana dirumuskan dalam Anggaran Dasar Bineksos. Pertama,
menyebarluaskan dan mengembangkan kemajuan pengetahuan ekonomi
469