Page 533 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 533

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







           menjangkau pangsa pasarnya hingga luar jawa. Perkebunan kelapa dan kopi
           juga ditemukan di Banyumas. Namun dalam banyak hal, kemampuan pribumi
           dalam bisnis masih kalah saing dengan Cina. Di samping akses pada pasar dan
           bahan mentah, struktur keluarga dan budaya juga sangat berpengaruh pada
           penguasaan kapital. Di samping asosiasi dan solidaritas kelompok Cina cukup
           kuat, sistem garis keturunan dalam mempertahankan bisnis juga melestarikan
           budaya bisnis mereka. Hal inilah yang membedakan dengan pribumi, di mana
           dinasti bisnis belum membudaya. Sehingga, sistem bisnis biasanya terpecah dan
           melemah karena dibagi di antara keturunan dan ahli waris sepeninggal orang
           tua yang membangun perusahaan. Keterbelakangan pengusaha pribumi dalam
           sektor industri dan perdagangan lebih disebabkan oleh mentalitas priyayi , aset
                                                                               23
           kekayaan lebih banyak diperebutkan oleh ahli waris sehingga terpecah dan
           melemah karena perebutan hak  dan membatasi untuk menggunakan jasa
                                          24
           bank untuk ekspansi usaha sehingga cenderung menyimpan uangnya  di rumah.

           Usaha-usaha pengembangan ekonomi Islam dilakukan para aktifis Masjumi
           (Majlis Sjuro Muslimin Indonesia) yang didirikan tahun 1943, seperti Sjafruddin   Usaha-usaha
           Prawiranegara  (l.  1911),  Prawoto  Mangkusasmito  (l.  1950),  Muhaammad       pengembangan
                                                                                             ekonomi Islam
           Roem  (l.  1908)  serta  Kasman  Singodimejo  (1908). . Visi ekonomi Masjumi   dilakukan para aktifis
                                                            25
           menginginkan perkembangan ekonomi yang bebas dan sehat dengan modal            Masjumi (Majlis Sjuro
                                                                                          Muslimin Indonesia)
           nasional untuk merespon persaingan bisnis secara luas, khususnya dengan        yang didirikan tahun
                          26
           pengusaha Cina.  Salah satu asosasi yang didirikan Sjafruddin bersama teman-    1943. Visi ekonomi
           temannya  di  atas  yaitu    Himpunan  Usahawan  Muslim  Indonesia  (HUSAMI)   Masjumi menginginkan
                                                                                            perkembangan
           pada  24 Juli  1967 yang bertujuan untuk mempelajari dan mengembangkan         ekonomi yang bebas
           ajaran dan aturan Islam dalam bidang keuangan dan ekonomi, membantu dan         dan sehat dengan
           memperkuat usaha-usaha dalam bidang ekonomi umat Islam juga membantu           modal nasional untuk
           melayani dan membantu pembangunan Negara serta rakyat Indonesia.  Salah        merespon persaingan
                                                                              27
                                                                                           bisnis secara luas,
           seorang penggagasnya adalah Sjafruddin Prawiranegara. Gerakan bisnis Husami     khususnya dengan
           masuk pada sektor haji dan ekspor-impor dan pendirian Bank Pembangunan,          pengusaha Cina.
           walaupun akhirnya  mengalami kekurangan dana.


           Pada tahun yang sama (1967) juga berdiri Baitul Mal Ummat Islam, disingkat
           Bamuis yang dirancang telah lama oleh Muhammadiyah dan Sarekat Islam.
           Lembaga ini bertujuan mengumpulkan dana dari umat Islam pada satu bank
           sentral yaitu Bank Zakat. Dana yang dihimpun dimaksudkan bukan saja untuk
           kepentingan kegiatan sosial politik tetapi juga pembangunan. Pada awal
           pendiriannya peran Bamuis terlihat cukup signifikan seperti tampak pada tahun
           1971 dapat menyumbang untuk pembangunan 58 masjid, 37 sekolah, 7 panti
           yatim piatu dan 1 klinik.

           Kekhawatiran Soeharto terhadap gerakan politik Islam telah menjadikan
           Bamuis pada tahun 1968 ditangani negara dengan pengawasan langsung
           Jendral Alamsjah Prawiranegara dalam pengumpulan dan pemanfaat zakat.
           Hasil penghimpunan zakat ketika itu mencapai Rp 2,5 milyar. Usaha pemerintah
           ini  mendapat  pertentangan  dari  masyarakat  Muslim  sehingga  pada tahun





                                                                                                 517
   528   529   530   531   532   533   534   535   536   537   538