Page 534 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 534

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







                                    1970 pemerintah mengembalikan  kembali kepada umat Islam. Tekanan
                                    pemerintah untuk membatasi perkembangan Bamuis terus berlanjut sehingga
                                    perkembangannya tidak mengalami peningkatan, walaupun kegiatan usaha
                                    dan bisnisnya berlangsung.

                                    Di  samping  kegiatan  praktis,  perdebatan  teoretis  filosofis  tentang  riba  juga
                                    berlangsung pada saat itu, utamanya dalam merespon isu tentang kehalalan
                                    bunga bank. Tahun 1968 diadakan seminar untuk mendiskusikan keterlibatan
                                    umat Islam dalam politik pembangunan dan bisnis. Isu tentang riba juga
                                    didiskusikan dan mengemuka pandangan tentang halalnya bank sehingga umat
                                    Islam bisa mendapatkan dana pinjaman untuk bisnis.  Seminar ini diprakarsai
                                                                                       28
                                    oleh Jajasan Dana Bantuan Untuk Tjalon Hadji Indonesia (JDBTHI).












                                    Social Entrepreneurship Masa Orde Baru





                                    Pada masa Orde Baru segala aktifitas Muslim, termasuk bidang ekonomi,
                                    selalu mendapat kontrol dari negara. Strategi Orde Baru untuk memperhalus
                                    pendekatannya mensyaratkan segala aktifitas masyarakat selalu dalam kerangka
                                    program pemerintah sebagai penopang desain pembangunan yang dicanangkan
                                    Presiden Soeharto. Kerangka bangun kebijakan ini adalah model idealisme
                                    untuk memperkokoh Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan ideologis
                                    negara.   Penempatan negara  sebagai  pengontrol  pengelolaan  sumber  daya
                                           29
                                    alam seperti yang ditafsirkan dalam pasal 33 UUD 1945 dan diuraikan dalam
                                    Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) berperan penting dalam mengarahkan
                                    orientasi pembangunan ekonomi. Disebutkan bahwa negara mengontrol
                                    sektor produksi dan sektor lainnya yang menguasai hajat hidup orang banyak.
                                    Tanah, air, udara dan segala sumber daya alam berada dalam penguasaan dan
                                    pengawasan negara. Karena itu dalam pasal 34 UUD 1945, fakir miskin dan
                                    anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Dari sinilah kemudian, gerakan
                                    ekonomi kelompok Muslim perlu beradaptasi dengan regulasi sosial, ekonomi
                                    dan politik yang dibangun Soeharto. Secara politis, aktifitas ekonomi dengan
                                    pola seperti ini dapat berkontribusi dalam menjaga kestabilan dan kepentingan
                                    politik Soeharto yang sedang berlangsung. Ideologi non-Pancasia seperti sosialis
                                    dan komunis dilarang tumbuh; sementara Islam, walaupun pada tahun 1970an
                                    dan 1980an dikontrol ketat, pada sepuluh tahun terakhir masa kekuasaannya
                                    lebih ditempatkan sebagai bagian yang lebih kompromistis dan akomodatif. 30





                    518
   529   530   531   532   533   534   535   536   537   538   539