Page 539 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 539

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







           keuntungan dibagi sesuai kesepakatan. Dalam prinsip mudharabah, koperasi
           biasanya mendapatkan keuntungan lebih besar, karena sebagai pemilik modal.
           Sementara dalam prinsip murabahah (transaksi  berdasar pada prinsip jual-beli),
           koperasi bertindak menyediakan barang yaitu dengan cara membelikan  barang
           yang  dibutuhkan  untuk  calon  peminjam  (pengusaha)  dan  kemudian  barang
           itu dijual kepada peminjam. Peminjam kemudian membayar angsuran sesuai
           kesepakatan harga dan waktunya. Dalam model ini peminjam membayar harga
           dasar barang ditambah keuntungan dari harga dasarnya. Sistem ini bukan
           dengan cara bunga, tetapi seperti jual beli pada umumnya.  Sistem pengembalian
           (pembayarannya) biasanya dicicil sesuai  waktu yang disanggupi.

                                                     44
           Sebagaimana disebutkan Dawam Rahardjo,  praktek perbankan Islam rumit
           karena memerlukan biaya tambahan dalam operasionalnya. Praktek  yang terjadi
           dalam koperasi Teknosa juga demikian. Dalam perjalanannya sistem kontrol bagi
           pelaku usaha (peminjam) terutama mudharabah dan musyarakah cukup sulit. Di
           sini dibutuhkan integritas dan moralitas peminjam dan kontrol ketat dari pemilik
           modal (bank).  Seperti praktek perbankan saat ini, pembiayaan mudharabah
           dan  musyarakah sangat kecil, yang dominan adalah sistem  murabahah,
           menyediakan barang kemudian dijual kepada peminjam atau mempercayakan
           modal kepada peminjam untuk membeli barang yang dibutuhkan, kemudian
           peminjam membayar kepada bank dengan cara angsuran setiap bulan.
           Kesulitan manajemen dan mungkin juga moral hazard para peminjam, koperasi
           Teknosa akhirnya bankrut. Pada masa keberhasilannya, koperasi  ini pernah
           mencapai  anggotanya  500  orang  dengan total  asetnya Rp  1,3  milyar  setara
           dengan 600.000 dolar AS. Namun, dilihat dari sisi tonggak awal usaha pendirian
           sistem keuangan Islam (Bank Islam), koperasi Teknosa menjadi contoh penting
           bagaimana  umat  Islam  berusaha  untuk  melayani  masyarakat  Muslim untuk
           mengembangkan bisnis dan kemajuan masyarakat.

           Sistem koperasi Islam ini kemudian diadopsi dan dikembangkan di Jakarta oleh Adi
           Sasono, sebagai salah seorang mantan aktifis Salman ITB. Tepatnya tahun 1988
           Koperasi Ridho  Gusti dengan mengadopsi sistem koperasi Teknosa ITB didirikan
           di Jakarta. Koperasi ini beranggotakan 126 orang dan fokus pengembangan
           usahanya dalam pembiayaan usaha berskala kecil dan menengah.

           Berbeda dengan gerakan ekonomi Islam di atas yang terisolir dari pemerintah
           karena politik pemerintah Orde Baru terhadap Islam, maka pada paruh awal
           1990an kebijakan mulai berubah. Perubahan sikap Orde Baru ini menjadi
           momentum kebangkitan ekonomi Islam yang diawali dari ICMI dan Bank
           Muamalat Indonesia. Posisi Majlis Ulama Indonesia, yang sering dikritik sebagai
           kepanjangan tangan pemerintah,  berperan penting pendirian BMI. Menurut
                                          45
           catatan Hefner, inisiasi pendirian Bank Islam telah lama digagas MUI yaitu sekitar
           tahun 1980an. Melihat kebijakan Orde Baru yang mulai bersahabat dengan
           Islam dari sisi non-partai Islam, MUI menggagas kembali rencana pendirian






                                                                                                 523
   534   535   536   537   538   539   540   541   542   543   544