Page 48 - PROSIDING KONFERENSI NASIONAL SEJARAH X Budaya Bahari Dan Dinamika Kehidupan Bangsa Dalam Persepektif Sejarah Jakarta, 7 – 10 November 2016 Jilid VII
P. 48
3
Salah satu upaya dalam membangun kembali semangat kebaharian bangsa Indonesia
adalah dengan memasukkan konsep kebaharian dalam kurikulum pendidikan nasional,
utamanya pada jalur pendidikan formal di tingkat pendidikan dasar (SD, SMP, MI, MTs),
Pendidikan Menengah (SMA, SMK, MA) maupun pendidikan tinggi (PTN, PTS). Dengan
masuknya materi kebaharian sebagai bagian integral dalam kurikulum pendidikan nasional,
maka diharapkan mampu menanamkan image positif tentang kelautan pada diri anak didik
yang kelak akan menjadi kader generasi penerus masa depan bangsa. Keberadaan pendidikan
kebaharian merupakan manivestasi investasi jangka panjang yang dapat mengangkat citra
bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari.
Pendidikan kebaharian mampu membangun sikap serta wawasan anak didik terhadap
kondisi geografis Indonesia sebagai bangsa bahari dalam bentuk negara kepulauan yang
terbesar di dunia. Dengan demikian wawasan dan pemahaman cinta bahari harus terus
diajarkan dan dibiasakan sejak dini terhadap anak didik melalui pendidikan formal yang ada.
Pengembangan budaya masyarakat bahari merupakan bagian dari respon terhadap kebijakan
pemerintah tentang “Tol Laut”, menjadi faktor yang penting dalam mendukung
pembangunan khususnya di sektor ekonomi. Muatan kebaharian adalah seperangkat
informasi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan laut, yang harus ditempuh dan
dikuasai, untuk mencapai suatu tingkat kemampuan tertentu.
Terdapat suatu alasan yang mendasar mengapa pada pendidikan formal di semua
jenjang pendidikan sangat tepat sebagai sarana membangun kembali semangat dan jiwa
kebaharian bangsa Indonesia, yaitu: pendidikan formal pada semua jenjang pendidikan
merupakan pendidikan yang pasti akan dilalui oleh setiap peserta didik. Pendidikan formal
merupakan landasan untuk dapat memahami konsep kebaharian secara menyeluruh. Adapun
keberadaan sekolah menengah pelayaran atau perikanan, akademi atau universitas yang
membuka jurusan kelautan atau perikanan, mata pelajarannya sudah menjurus dan mengarah
pada suatu profesi atau pekerjaan tertentu.
Melalui integrasi muatan materi kebaharian dalam pembelajaran, maka diasumsikan
bahwa kelak warga negara Indonesia akan mengubah pandangan kontinental atau ke daratan
selama ini dan akan digantikan dengan pandangan yang berwawasan kebaharian.
B. Konsep Tridisi Lisan
Hakikat kelisanan (orality) mencakup segala hal yang berhubungan dengan sastera,
bahasa, sejarah, biografi, dan berbagai pengetahuan serta jenis kesenian lain yang
disampaikan dari mulut ke mulut. Tradisi lisan tidak hanya mencakup ceritera rakyat, teka-
teki, peribahasa, nyanyian rakyat, mitologi, dan legenda sebagaimana umumnya diduga
orang, tetapi juga berkaitan dengan sistem kognitif kebudayaan, seperti: sejarah, hukum, dan
pengobatan (Pudentia, 1999).
Penuturan secara verbal yang dipahami sebagai kesaksian lisan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya, merupakan hakikat dari tradisi lisan. Tradisi lisan lebih banyak
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa atau tradisi yang berkembang di tengah masyarakat
bukan hanya yang berhubungan dengan satu peristiwa sejarah. Tradisi lisan dapat
diidentikkan dengan folklor, baik folklor lisan maupun sebagian lisan.
Sifat dari tradisi lisan adalah turun temurun dan fungsinya untuk memperkuat ikatan
komunal dalam masyarakat. Tradisi lisan mengacu pada historical gossip misalnya cerita
tentang cikal bakal penghuni pohon dan tentang mitos. Tradisi lisan dapat diwariskan melalui
adat-sitiadat, cerita dongeng, pertunjukan, dan kepercayaan masyarakat.
Tabel 1. Perbedaan Sejarah Lisan dan Tradisi Lisan
Sejarah Lisan Tradisi Lisan
1. Merupakan metode pengumpulan 1. Merupakan sumber bagi penelitian