Page 179 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 179

Pangeran Mohammad Noor      165



               sipil  dan  menjadi  orang  Kalimantan  pertama  yang  berpredikat
               sarjana.

               LANGKAH AWAL MENUJU PERJUANGAN

               Setelah  memperoleh  gelar  insinyur,  Pangeran  Mohammad  Noor
               diangkat  sebagai  insinyur  sipil  pada  Departement  Verkeer  en
               Waterstaat dan ditempatkan di Tegal, Jawa Tengah, untuk menangani
               irigasi. Kemudian, pada 1929, ia ditempatkan di Malang, Jawa Timur,
               dan  dipindahkan  lagi  ke  Batavia.  Pada  1933,  ia  ditempatkan  di
               Banjarmasin  selama  tiga  tahun.  Di  Banjarmasin,  Pangeran
               Mohammad Noor berkesempatan mengabdikan keahliannya di tanah
               asalnya.  Pengalaman  panjang  sejak  masa  kecil  menyaksikan
               kehidupan masyarakat di sungai, danau dan rawa-rawa adalah bekal
               yang  berharga  dalam  mengkosntruksi  visinya  sebagai  seorang
               Insinyur sipil yang berpengalaman di bidang pengairan. Pengalaman
               dan  keahliannya  itulah  yang  kelak  didedikasikan  dalam  bidang
               ketahanan  terutama  melalui  gagasan  Proyek  Irigasi  Sungai  Barito
               yang  bertujuan  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat  di  daerah
               aliran sungai Barito.
                                  6
                      Pada  1931,  Pangeran  Mohammad  Noor  memulai  karier  di
               bidang  politik  pemerintakan  dengan  menjadi  anggota  Volksraad—
               semacam  parlemen  yang  dibentuk  pemerintah  kolonial—mewakili
               Kalimantan menggantikan ayahnya, Pangeran Muhammad Ali. Walau
               berkedudukan  sebagai  pegawai  pemerintahan  Belanda,  dalam
               sebuah  sidang  terbuka  Volksraad,  Pangeran  Mohammad  Noor
               mengkritik  pemerintah  terhadap  rubber-restrictie  yang  merugikan
               industri  karet  rakyat.  Lantaran  kritikannya  itu,  ketua  Volksraad
               kemudian  mencabut  hak  berbicara  Pangeran  Mohammad  Noor
               dalam sidang itu. Hal itu membuktikan bahwa Volksraad sebenarnya
               tidak  memenuhi  fungsi  dan  peran  perwakilan  rakyat  layaknya
               parlemen.
                      Selama aktif sebagai anggota Volksraad (1931–39), Pangeran
               Mohammad  Noor  juga  masih  aktif  pada  Departemen  BOW  yang
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184