Page 189 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 189

Pangeran Mohammad Noor      175



               Gubernur  Kalimantan  dalam  melaksanakan  tugasnya.   Gubernur
                                                                    29
               Pangeran      Mohammad        Noor     tampaknya       bermaksud
               mengkonsolidasikan  seluruh  kekuatan  untuk  mempertahankan
               kemerdekaan Republik di Kalimantan.
                      Untuk  memaksimalkan  tugas  BPOG,  Gubernur  Pangeran
               Mohammad  Noor  menempatkan  markas  utama  BPOG  di  Surabaya
               (Jalan  Embong  Tanjung  17).  Dengan  mempertimbangkan  beberapa
               kenyataan,  Surabaya  dinilai  strategis  untuk  mengkonsolidasikan
               kekuatan.  Pertama,  sejumlah  pemuda  asal  Kalimantan  telah
               bergabung  dalam  berbagai  laskar  di  Surabaya;  kedua,  Surabaya
               merupakan salah satu basis perjuangan nasional yang penting; dan
               ketiga,   Pelabuhan   Surabaya   strategis   sebagai   titik   tolak
               penyeberangan  ekspedisi  militer  ke  Kalimantan  yang  telah
               terkoordinasikan  secara  baik  dengan  daerah  dan  pelabuhan  lain.
               Dengan demikian, letak geografis Surabaya memudahkan penyatuan
               pejuang Kalimantan dalam satu garis komando gubernur.
                      Gubernur  Pangeran  Mohammad  Noor  menunjuk  G.  Obos
               sebagai  ketua  dan  A.  Gani  sebagai  wakil  ketua  BPOG.  Keduanya
               dibantu oleh beberapa staf, antara lain M. Mugni Thalib (keuangan),
               Gusti Majur (sekretaris), H. Saadiat (tata usaha), H. Ahmad Hasan dan
               Hassan Thamrin (pembantu).  Kemudian BPOG membuka cabang di
               Jakarta,  dipimpin  oleh  G.  Djohan  dan  Firmansyah,  dan  Bandung  di
               bawah pimpinan M. Rasyid dan Guru Barmawi.  Pembukaan cabang-
                                                           30
               cabang itu bertujuan mempersatukan dan mengkoordinasikan putra-
               putra  Kalimantan  di  seluruh  Pulau  Jawa  di  tengah  minimnya
               anggaran dana dan keterbatasan saluran komunikasi.
                      Di  tengah  keterbatasannya,  BPOG  berhasil  mengirimkan
               bantuan  logistik  kepada  para  pejuang  di  Kalimantan  melalui
               pedagang yang berniaga di Pulau Jawa. Akan tetapi, menurut Hassan
               Basry, seorang ekspeditur, pengiriman bantuan itu sering tidak tepat
               sasaran. Dalam rapat dengan BPOG ia mengusulkan agar dilakukan
               peninjauan  dan  penyelidikan  ke  Kalimantan  terlebih  dulu  sebelum
               dilakukan pengiriman. Dalam bukunya yang terbit di kemudian hari,
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194