Page 185 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 185

Pangeran Mohammad Noor      171



               dengan  sikap  skeptis  sambil  berharap  akan  kedatangan  kembali
               Belanda.
                      Ketiga,  terdapat  kelompok  oportunis  yang  memanfaatkan
               kesempatan  dalam  revolusi.  Kelompok  itu  bisa  saja  menerima
               kehadiran  NICA  ataupun  berada  dalam  barisan  perjuangan  untuk
               mendapatkan keuntungan. Bisa dikatakan, kelompok ini menjadi duri
               dalam daging selama  revolusi.  Kemudian,  keempat, tantangan yang
               dihadapi  Pangeran  Mohammad  Noor  adalah  munculnya  konflik  di
               kalangan  pejuang  itu  sendiri.  Perbedaan  pandangan  tampaknya
               membuka “ruang retak” antar-pejuang di tengah revolusi.
                      Tentara  Sekutu  mendarat  di  Kalimantan  Timur  sebelum
               proklamasi kemerdekaan, yakni Juli 1945, dan sekitar awal Agustus
               1945  di  Kalimantan  Barat.  Akan  halnya  di  Kalimantan  Selatan,
               tentara  Sekutu  tiba  pada  17  September  1945,  satu  bulan  setelah
               proklamasi.  Kedatangan  Sekutu  bertujuan  melucuti  tentara  Jepang
               dan membebaskan tahanan perang. NICA yang membonceng Sekutu
               mendapat  dukungan  dari  sekitar  70  tentara  KNIL,  baik  yang
               dibebaskan dari tahanan Jepang maupun yang melaporkan diri dan
               menyatakan bergabung dengan NICA.  Selain itu, kedatangan NICA
                                                   17
               juga  diikuti  sekitar  160  orang  tentara  lengkap  dengan  pegawai
               sipilnya  di  bawah  pimpinan  Mayor  A.  L.  van  Assendrep.  Mereka
               langsung  menduduki  kantor-kantor  instansi  pemerintahan  di
               Banjarmasin,  Kandangan,  Barabai,  dan  Amuntai  dengan  maksud
               mengembalikan kekuasan Belanda.
                                                18
                      Hari-hari pertama di Kalimantan Selatan setelah proklamasi
               kemerdekaan  memperlihatkan  situasi  dan  kondisi  yang  tidak
               menentu karena simpang siurnya berita proklamasi yang sampai ke
               daerah  ini.  Radio  disita  dan  dirusak  oleh  tentara  Jepang.  Berita
               tentang  kekalahan  Jepang  hanya  diperoleh  langsung  oleh  H.  M.
               Arsyad,  Xalfy  Zamzam,  dan  Hamid  Cara  dari  Tuan  Kanda  di
               Kandangan, kemudian disampaikan secara sembunyi-sembunyi dari
               mulut  ke  mulut.   Berita  proklamasi  resmi  bersumber  dari  siaran
                               19
               radio Domei cabang Banjarmasin kemudin dimuat dalam surat kabar
               Borneo Simboen.  Berita proklamasi semakin jelas ketika Hamidhan
                               20
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190