Page 229 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 229

I Gusti Ketut Pudja      215



                      Untuk membantu menghidupkan kembali pemerintahan sipil
               di Bali pimpinan AD Jepang menunjuk Ketut Pudja,  yang sudah
               menjadi hakim di Raad van Kerta Badung, sebagai Rijikan-dairi atau
               Wakil Residen. Bali tetap  dikelola bersama Lombok  dalam  satu
               keresidenan yang disebut  Syo Sunda Minseibu  dan dipimpin  oleh
               seorang  Chōkan—setara dengan residen pada zaman Belanda—
               berkebangsaan Jepang yang berkantor di Singaraja. Minseibu Chōkan
               bertanggung jawab kepada panglima  militer (Shireikan) yang
               bermarkas di Denpasar. Bali dibagi menjadi dua wilayah militer: Bali
               Utara  yang mencakup kerajaan-kerajaan (syu) Buleleng dan
               Jembrana; Bali Selatan mencakup enam kerajaan lainnya. Raja-raja
               Bali  diberi nama  Syuco  dan  dalam memerintah didampingi  oleh
               penasihat Jepang (bunken kanrinkan) yang tugasnya mirip  dengan
               kontrolir zaman Belanda.
















                 Mr Pudja waktu pelantikan sebagai kepala pemerintahan Swa Praja Rezikan Dairi
                yang tugasnya menjalankan pemerintahan Karesidenan wilayah Bali Lombok tahun
                          1942. (Sumber: Museum Prumusan Naskah Proklamasi)

                      Dewan raja-raja yang dibentuk Belanda pada 1938, Paruman
               Agung, dipertahankan  sebagai wadah komunikasi antara pihak
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234