Page 256 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 256
242 Gubernur Pertama di Indonesia
perlawanan di Jawa. 104 Pimpinan pasukan Belanda segera
mengadakan rapat dengan para raja di Kerajaan Klungkung dan
menyatakan bahwa mereka memegang otoritas tertinggi di Bali
tetapi mereka mengakui Paruman Agung sebagai satu-satunya badan
negara yang bertanggung jawab atas pengelolaan pemerintahan di
Bali. Para raja diberi otonomi untuk mengelola keamanan dan
ketertiban di wilayah swapraja masing-masing, yang bertanggung
jawab terhadap pimpinan AMACAB (setara dengan residen pada
zaman kolonial) dan diharuskan mematuhi undang-undang militer
yang dikeluarkan Panglima Tentara Sekutu di Jawa Timur. 105
Empat hari kemudian Perwira Komando AMACAB, J. A. van
Beuge, dan stafnya mengadakan pertemuan dengan Gubernur Pudja
dan seluruh jajaran pemerintahannya di Singaraja. Mereka
menyatakan bahwa tugas mereka di Bali adalah membebaskan
tawanan Jepang, melucuti prajurit Jepang, dan memulangkan mereka
ke negerinya. Mereka berharap pemerintah Pudja akan membantu
tugas-tugas itu dan Gubernur segera menyanggupinya. Semua
tampak berjalan lancar dan tidak disebut larangan mengibarkan
bendera Merah Putih atau pengalihan kekuasaan kepada AMACAB.
Yang aneh dari pertemuan ini adalah pernyataan bahwa AMACAB
akan memakai Undang-Undang Militer yang memberlakukan jam
malam dan melarang penggunaan semboyan yang mengganggu
bangsa lain. Hal itu berarti pembatasan terhadap kegiatan
perlawanan dari kelompok-kelompok pemuda pro-Republik.
Gubernur Pudja keberatan dengan pemberlakuan UU itu karena ia
menganggap tidak ada masalah keamanan di Bali, tetapi Beuge
bersikukuh UU itu akan dilaksanakan sebagai bagian dari
kewenangannya demi ketertiban umum. 106
Sekilas urusan pembagian kewenangan antara Republik dan
Sekutu berjalan lancar. Namun, pihak pendukung Republik sadar
benar bahwa hanya soal waktu sebelum pihak Belanda memulai
gebrakannya. Gubernur Pudja sudah mendapat laporan bahwa
pasukan KNIL mulai bergerak menurunkan bendera Merah Putih di
mana-mana, dan menangkap salah satu anggota organisasi pemuda,
Ketut Subrata, di Denpasar, untuk memancing kekacauan. Pada 11

