Page 258 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 258
244 Gubernur Pertama di Indonesia
Jawa. 108 Perang gerilya pun dimulai, dan para raja harus berhadap-
hadapan dengan pemuda.
Tekanan negara-negara Sekutu terhadap pemerintah
Belanda, terutama dari Inggris yang berkepentingan untuk menarik
pasukannya dari Indonesia, untuk mengadakan perundingan dengan
pemerintah Indonesia menghasilkan Perjanjian Linggarjati (1946)
yang intinya berisi pengakuan Belanda terhadap otoritas pemerintah
Republik di Jawa, Madura, dan Sumatera saja. Selebihnya, Belanda
berusaha mendorong terbentuknya Republik Indonesia Serikat yang
kelak akan menjadi bagian dari ikatan persemakmuran Indonesia–
Belanda dengan Ratu Belanda sebagai pimpinan simboliknya.
Indonesia Timur menjadi salah satu wilayah pokok yang diharapkan
menjadi basis terkuat negara federal karena dukungan kuat dari
kaum aristokrat yang tidak bersedia menjadi bagian dari RI. Dengan
sponsor dari pemerintah Belanda diadakan dua konferensi yang
membicarakan pembentukan negara-negara bagian dalam sebuah
republik federal, yaitu Konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada
15–25 Juli 1946 dan Konferensi Denpasar di Bali pada 24–28
Desember 1946. Adalah Konferensi Denpasar yang dengan sukses
melahirkan Negara Indonesia Timur (NIT) dengan Cokorda Raka
Sukawati dari Puri Ubud sebagai presiden dan Anak Agung Gde
Agung, raja Gianyar sebagai perdana menteri sekaligus mentri dalam
negeri, sedangkan Makassar ditetapkan sebagai ibukota NIT.
Gubernur Pudja ditahan dalam sel terpisah dari tahanan
politik lainnya di penjara Denpasar di daerah Pekambingan. Selama
di penjara, ia terus berusaha mengikuti perkembangan situasi politik
di luar dengan secara sembunyi-sembunyi bertanya kepada tahanan
lain yang baru masuk. Tidak jarang ia diintimidasi dan dibujuk agar
mendukung pemerintah NIT dengan janji akan dibebaskan, tetapi ia
menolak. Di luar Bali, kampanye untuk membebaskan Pudja cukup
gencar dilakukan, bahkan oleh pejabat-pejabat NIT yang nasionalis
dan pro-Republik. Di Yogyakarta, kelompok Gerakan Rakyat
Indonesia Sunda Kecil memperingati satu tahun Pudja dipenjara. Ada
pula ratusan pemuda yang mengadakan arak-arakan menuntut
pembebasan Pudja di Banyuwangi. Rakyat Sunda Kecil yang tinggal

