Page 252 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 252
238 Gubernur Pertama di Indonesia
kekuasaannya, menghadang pergerakan laskar-laskar pemuda
Republik di daerah mereka. Raja Klungkung pertama kali
membentuk Badan Keamanan Negara (BKN), diikuti oleh raja
Gianyar dengan Pemuda Pembela Negara (PPN), dan terakhir raja
93
Karangasem dengan Anti Indonesia Merdeka (AIM). Tampaknya
raja-raja itu khawatir kekuatan pemuda pro-Rrepublik akan menjadi
semakin radikal dan melancarkan revolusi sosial seperti di
94
Keresidenan Pekalongan dan Sumatra Timur.
Salah satu langkah awal TKR untuk memperkokoh
kekuatannya adalah meminta petinggi militer Jepang di Bali untuk
95
menyerahkan persenjataan mereka. Permohonan itu ditolak. Lebih
dari itu, pihak Jepang berubah sikap dari sekadar berjaga-jaga
menjadi siap menyerang. Mereka menagih kembali tangsi-tangsi
Jepang yang oleh Gubernur Pudja diputuskan untuk digunakan
sebagai markas BKR. Mereka juga mempertanyakan dana sebesar
dua juta rupiah yang telah diserahkan ke pemerintah provinsi saat
pemindahan kekuasaan dari Minseibu Chōkan kepada Gubernur
Pudja. Hal itu membuat pimpinan TKR, PRI, dan Pesindo sadar bahwa
sebagai kekuatan pengamanan rakyat mereka harus bertindak keras
terhadap tentara Jepang yang sudah kalah perang itu. Mereka
merencanakan akan melucuti pasukan Jepang secara paksa, tetapi
mereka tahu bahwa aksi serupa ini tidak akan didukung oleh
pemerintah Republik karena akan mengganggu strategi diplomasi
internasional. Maka, diputuskan bahwa yang akan memimpin
penyerbuan ke tangsi-tangsi Jepang secara serentak di seluruh Bali
adalah laskar-laskar PRI dan Pesindo. Sedangkan, pasukan TKR akan
melebur di dalamnya. Menjelang tengah malam pada 13 Desember
1945 laskar-laskar pemuda yang bergabung dengan rakyat bergerak
mendekati tangsi-tangsi Jepang. Namun, sebelum berhasil mendekat,
mereka disambut tembakan gencar ke udara dan sekitar markas-
markas militer telah dijaga ketat oleh tentara-tentara dengan
bayonet terhunus. Ternyata rencana itu bocor dan laskar-laskar
96
pemuda tidak berhasil memperoleh sepucuk senjata pun.
Kegagalan operasi militer pemuda tersebut menandai
melemahnya pemerintahan Pudja dan terdesaknya kekuatan laskar-

