Page 248 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 248

234       Gubernur Pertama di Indonesia



                   Antusiasme dan  dukungan rakyat di  wilayah  tersebut
            terhadap RI luar biasa besar. Mereka berduyun-duyun menghadiri
            rapat umum dalam  rangka proklamasi kemerdekaan, mengibarkan
            Sang  Merah Putih  di mana-mana, dan mempelajari  lagu  Indonesia

                                     79
            Raya  di sekolah-sekolah.   Selang tiga minggu kemudian Sultan
            Salahuddin secara terbuka  mengeluarkan maklumat yang berisi
            dukungan penuh terhadap pemerintah RI dan menyatakan daerah
                                                              80
            Bima-Dompu sebagai bagian tak terpisahkan dari RI.
                   Sekilas kedudukan Gubernur Pudja tampak menguat dengan
            dukungan yang meluas pada sebagian  besar  wilayah Sunda Kecil.
            Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa pemerintahannya tetap tidak
            memiliki kekuasaan militer. Hingga akhir 1945 masih terdapat
            sekitar 3.000 tentara Jepang di Bali dan mereka menguasai gudang-
            gudang persenjataan. Untungnya, kebanyakan tentara  Jepang
            bersikap  siaga saja dan berusaha  tidak terlibat  dalam upaya
            pengamanan masyarakat, misalnya saat terjadi serangan balas
            dendam terhadap  orang-orang yang dianggap  menindas rakyat
            selama masa pendudukan Jepang. Mungkin mereka khawatir
            tindakannya justru akan memprovokasi kerusuhan yang lebih besar.
            Beberapa  dari  mereka  yang  bersimpati  dengan  kemerdekaan  RI
            membiarkan sejumlah senjata  dicuri oleh kelompok  pemuda.
            Ancaman yang lebih besar  tetap kehadiran balatentara Sekutu  di
            sebagian wilayah Indonesia. Di Indonesia Timur hanya Bali, Lombok,
            dan Sumbawa yang belum dikuasai.
                   Baik pasukan Australia maupun pasukan Inggris berusaha
            menghindari konfrontasi dengan kekuatan Republik terutama yang
            bersenjata. Petinggi militer Inggris bahkan segera menyadari bahwa
            informasi intelijen yang mereka peroleh dari pihak militer Belanda
            tentang kemerdekaan Indonesia sebagai semata-mata ciptaan militer
            Jepang  salah belaka. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana
            semangat  rakyat Indonesia  demikian  bergelora mendukung
            proklamasi kemerdekaan.  Pernyataan Belanda bahwa Sukarno dan
                                     81
            Hatta adalah boneka-boneka Jepang yang tidak dipercaya rakyat juga
            sama tidak benar. Pengaruh kedua pemimpin itu, Sukarno terutama,
            amatlah besar, dan dalam batas-batas tertentu ia memiliki
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253