Page 244 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 244

230       Gubernur Pertama di Indonesia



            rencana untuk merebut  senjata  dari Jepang  dan menggerakkan
            mesin-mesin propaganda untuk mengobarkan  semangat  membela
            kemerdekaan di kalangan rakyat. Penguasa militer di Sumbawa
            tampaknya cemas dengan perkembangan ini dan mendorong
            perpecahan  di kalangan  pendukung Republik. Mereka membantu
            TKR yang dipimpin oleh putra Sultan Bima untuk menangkap ketiga
            pimpinan  KNI tersebut dan membiarkan  pimpinan baru KNI yang
            dipilih pihak kesultanan. Pihak Jepang di Lombok, sebaliknya, secara
            resmi menyatakan penyerahannya pada  27 September 1945 dan
            secara suka rela mengganti bendera Hinomaru dengan Sang Merah
            Putih. Mereka juga membebaskan 29 tahanan politik yang dikirim ke
            Surabaya setelah pernyataan  kekalahan Jepang. Di antara para
            tahanan itu ada yang membawa berita tentang situasi politik di Jawa
                                                 69
            dan petunjuk pelaksanaan perjuangan.
                   Upaya meraih dukungan dari swapraja dan pendirian KNI di
            Sumba, Timor dan Flores lebih sulit karena pasukan Australia yang
            mewakili Sekutu telah masuk ke wilayah tersebut sejak akhir
            Agustus. Tugas utama pasukan Australia di Indonesia Timur secara
            umum adalah menjaga keamanan dan ketertiban bersama dengan
            pasukan Jepang sampai badan administrasi pemerintah Belanda siap
            berfungsi secara normal kembali. Mereka harus bersikap imparsial
            dan  menghindari  konflik  dengan  para  pimpinan  dan  pendukung
            ‘Gerakan  Indonesia  Merdeka’. Pada saat  yang sama mereka harus
            mencegah  agar  tidak  ada  kegiatan  politik  yang  memancing  aksi
                                                                            70
            massa, seperti pawai dan demonstrasi, untuk mendukung Republik.
            Di Sumba, raja-raja  di 16 swapraja berniat menyatakan dukungan
            mereka ke pemerintah Republik tetapi sudah didahului pendudukan
            pasukan Australia sejak 27 Agustus 1945. Ketika beberapa pemuda
            mantan Heiho berusaha mengibarkan Sang Merah Putih, mereka
                                           71
            ditangkap dan dikirim ke Jawa.   Kegagalan menyatakan dukungan
            juga  terjadi  dengan  para  raja  dari  sembilan  swapraja  di  Flores.
            Sedangkan  di Timor para pejuang yang  sudah membentuk Partai
            Demokrasi Indonesia untuk bekerja menguatkan Republik Indonesia
            tidak dapat melanjutkan perjuangannya dan dituduh sebagai
            kolaborator Jepang oleh pejabat-pejabat NICA  yang  datang dikawal
   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249