Page 245 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 245
I Gusti Ketut Pudja 231
pasukan Australia pada 11 September 1945 untuk menjalankan
72
kembali pemerintahan ala kolonial.
Di tengah upaya Gubernur Pudja dan Manuaba
mengonsolidasikan berbagai kekuatan di Bali untuk membentuk
pemerintah Republik terjadi konflik antara kelompok pemuda
dengan Raja Klungkung Dewa Agung Oka Geg. Sekelompok pemuda
yang tidak sabar melihat kantor Kerajaan Klungkung masih
mengibarkan bendera Hinomaru memutuskan untuk menurunkan
bendera itu dan menggantinya dengan Sang Merah Putih. Raja
Klungkung marah besar karena merasa dipermalukan. Ia menduga
bahwa gerombolan pemuda itu adalah utusan Raja Badung yang
berniat menaklukkan Klungkung. Ia juga menafsirkan pemaksaan
pengibaran Sang Merah Putih sebagai niat pemerintah Sukarno-Hatta
yang memimpin Jawa dan mewakili kekuatan Islam untuk menjajah
Bali. Prasangka yang sebagian berasal dari sejarah konflik antar-
kerajaan pada abad ke-18 itu kemudian meluas kepada raja-raja yang
lain di Bangli, Gianyar, dan Karangasem, dan semakin menyulitkan
pemerintahan Pudja. Pimpinan gerakan pemuda, seperti I Gusti
Ngurah Rai dan I Made Wija Kusuma, membicarakan krisis itu dan
memutuskan sowan kepada para raja untuk mengurangi ketegangan
antara raja-raja dan kelompok pemuda revolusioner. Mereka
menekankan kepada para pemuda bahwa yang penting dalam tahap
revolusi saat itu adalah mencapai kesepakatan posisi promerdeka,
73
bukan antiraja .
Selain mendekati para raja di wilayah timur, pimpinan
pemuda mencoba jalan lain untuk mengambil hati rakyat di wilayah
swapraja yang cenderung anti-Republik. Wilayah timur Bali,
terutama Karangasem dan Klungkung, adalah daerah minus karena
kondisi tanahnya yang kurang subur. Masyarakatnya sering kali
kekurangan beras sehingga harus makan nasi dicampur jagung,
kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Para pemuda melihat
kesempatan untuk membantu masyarakat di wilayah timur dengan
mengirim beras dari Badung. Mereka merebut bercikar-cikar padi
dan beras dari gudang balatentara Jepang dan mengirimkannya ke
desa-desa di Gianyar, Klungkung, Karangasem untuk dibagi-bagikan

