Page 56 - Kelas XI_Sejarah Indonesia_KD 3.6
P. 56
56
oleh Wakil Presiden pada saat itu, Adam Malik. Ia ditetapkan sebagai
pahlawan proklamator pada tahun 1986 oleh pemerintahan Soeharto.
Setelah wafat, Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Proklamator
kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama dengan mendiang
Bung Karno. Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama
dengan Bung Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai Pahlawan Nasional.
3. Ahcmad Soebardjo
Achmad Soebardjo dilahirkan di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat,
tanggal 23 Maret 1896. Ayahnya bernama Teuku Muhammad Yusuf, [1]
masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek Achmad Soebardjo
dari pihak ayah adalah Ulee Balang dan ulama di wilayah Lueng Putu,
sedangkan Teuku Yusuf adalah pegawai pemerintahan dengan jabatan
Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Kerawang. Ibu Achmad Soebardjo
[1]
bernama Wardinah. Ia keturunan Jawa-Bugis, dan merupakan anak dari
Camat di Telukagung, Cirebon.
Ayahnya mulanya memberinya nama Teuku Abdul Manaf,
sedangkan ibunya memberinya nama Achmad Soebardjo. Nama
Djojoadisoerjo ditambahkannya sendiri setelah dewasa, saat ia ditahan di
penjara Ponorogo karena "Peristiwa 3 Juli 1946".
Ia bersekolah di Hogere Burger School, Jakarta (saat ini setara
dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Ia kemudian
melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda dan
memperoleh ijazah Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Sarjana
Hukum) di bidang undang-undang pada tahun 1933.
Semasa masih menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui beberapa organisasi
seperti Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Pada
bulan Februari 1927, ia pun menjadi wakil Indonesia bersama dengan
Mohammad Hatta dan para ahli gerakan-gerakan Indonesia pada
persidangan antarbangsa "Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan
Penjajah" yang pertama di Brussels dan kemudiannya di Jerman. Pada
persidangan pertama itu juga ada Jawaharlal Nehru dan pemimpin-