Page 57 - Kelas XI_Sejarah Indonesia_KD 3.6
P. 57

57



                                                                                             [3]
                       pemimpin  nasionalis  yang   terkenal   dari  Asia  dan  Afrika.   Sewaktu
                       kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha
                       Persiapan   Kemerdekaan   Indonesia  (BPUPKI),   dan   kemudian  Panitia
                       Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
                            Pada   tanggal   16   Agustus   1945   Para   pemuda   pejuang,   termasuk
                       Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, Shudanco Singgih, dan pemuda lain,
                       membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah
                       agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.             [4]
                       Peristiwa ini dinamakan Peristiwa Rengasdengklok.
                            Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah
                       menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun

                       risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu
                       Achmad   Soebardjo   melakukan   perundingan.   Achmad   Soebardjo
                       menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
                       Maka   diutuslah   Yusuf   Kunto   untuk   mengantar   Achmad   Soebardjo   ke
                       Rengasdengklok. Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan  para  pemuda

                       untuk   tidak   terburu-buru   memproklamasikan   kemerdekaan. Bahkan
                       Achmad Soebardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa
                       proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945
                       selambat-lambatnya pukul 11.30. Dengan adanya jaminan itu, Komandan
                       Kompi   Peta   Rengasdengklok   Cudanco  Subeno  bersedia   melepaskan
                       Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
                            Konsep naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan
                       Achmad Soebardjo di rumah Laksamana Muda Maeda.  Setelah selesai dan

                       beragumentasi   dengan   para   pemuda,   dinihari   17   Agustus   1945,   Bung
                       Karno pun segera memerintahkan  Sayuti Melik  untuk mengetik naskah
                       proklamasi.
                            Pada tanggal  18 Agustus  1945, Soebardjo dilantik sebagai  Menteri
                       Luar Negeri  pada  Kabinet Presidensial, kabinet Indonesia yang pertama,
                       dan kembali menjabat menjadi Menteri Luar Negeri sekali lagi pada tahun
                       1951 - 1952. Selain itu, ia juga menjadi Duta Besar Republik Indonesia di
                       Switzerland antara tahun-tahun 1957 - 1961.
                            Dalam   bidang  pendidikan,   Soebardjo   merupakan  profesor  dalam
                       bidang   Sejarah   Perlembagaan   dan   Diplomasi   Republik   Indonesia   di
                       Fakultas Kesusasteraan, Universitas Indonesia.
                            Achmad   Soebardjo   Djojoadisoerjo   meninggal   dunia   dalam   usia   82
                       tahun (15 Desember  1978) di Rumah Sakit Pertamina,  Kebayoran Baru,
                       akibat   flu   yang   menimbulkan   komplikasi.   Ia   dimakamkan   di   rumah
                       peristirahatnya   di  Cipayung,  Bogor.   Pemerintah   mengangkat   almarhum
                       sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2009.





                   4. Sutan Syahrir
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62