Page 56 - Pedoman-Evaluasi-Mutu-Gizi-dan-Non-Gizi-Pangan
P. 56
diinkubasi selama 60 menit pada suhu 40 C. Sampel selanjutnya
o
dilakukan penyetelan pH hingga mencapai pH 4,5 menggunakan
HCl dan disaring menggunakan kertas saring Whatman nomor 1.
Residu sampel selanjutnya dicuci menggunakan 2 x 10 mL air
destilata. Pada analisis serat pangan tidak larut (SPTL), residu
sampel dicuci menggunakan 2 x 10 mL etanol 95% dan 2 x 10 mL
o
aseton. Lalu, residu tersebut dikeringkan pada suhu 105 C selama 1
malam. Residu yang telah dikeringkan dimasukkan ke desikator dan
ditimbang. Setelah ditimbang, residu ditanur selama 5 jam pada
o
suhu 550 C dan kembali dimasukkan ke desikator dan ditimbang.
Sedangkan, pada analisis serat pangan larut (SPL), filtrat dan air
cucian yang diperoleh digabung dan ditepatkan hingga 100 mL.
Selanjutnya, filtrat tersebut ditambahkan 400 mL etanol 95% (suhu
60 C) dan dipresipitasi selama 1 jam. Setelah itu, campuran filtrat
o
tersebut disaring dan dicuci menggunakan 2 x 10 mL etanol 78%, 2
x 10 mL etanol 95%, dan 2 x 10 mL aseton. Residu yang diperoleh
o
kemudian dikeringkan pada suhu 105 C selama 1 malam. Residu
yang telah dikeringkan dimasukkan ke desikator dan ditimbang.
o
Setelah ditimbang, residu ditanur selama 5 jam pada suhu 550 C
dan kembali dimasukkan ke desikator dan ditimbang.
= " 1 − 1 − 1" /" " 100%
Keterangan:
D1 = Bobot sampel setelah dikeringkan (g)
I1 = Bobot sampel setelah ditanur (g)
B1 = Bobot abu blanko (g)
W = Berat sampel (g)
2.6 Analisis Pati Resisten
Pati resisten (RS) didefinisikan sebagai sejumlah pati atau
produk olahan pati yang tidak dapat diserap di usus halus manusia
normal. Hal ini disebabkan pati bersifat resisten terhadap hidrolisis
47