Page 62 - Pedoman-Evaluasi-Mutu-Gizi-dan-Non-Gizi-Pangan
P. 62
signifikan sepanjang analisis. Selain itu, penambahan antioksidan
pada tahap awal analisis juga disarankan untuk melindungi
komponen dari reaksi oksidasi.
Kebutuhan vitamin A dinyatakan sebagai retinol equivalent (RE)
karena vitamin A tidak hanya terdiri dari retinol. RE didefinisikan
sebagai 1 µg all-trans retinol yang setara dengan 6 µg all-trans
β-karoten atau 12 µg campuran berbagai karotenoid. Dalam
perhitungan molar, 1 µg RE dinilai setara dengan 3,5 nmol retinol
atau 11,2 nmol β-karoten. Kebutuhan vitamin A dalam sehari
dinyatakan dalam RE per hari.
1.2 Vitamin D
Metode standar yang digunakan untuk analisis vitamin D adalah
uji biologis berdasarkan derajat kalsifikasi tulang. Prinsip analisis ini
melibatkan kondisi kekurangan vitamin D sehingga terbatas hanya
pada hewan uji. Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai
dalam pengembangan metode analisis vitamin D secara kimiawi,
namun metode-metode tersebut tetap memiliki kekurangan dalam
hal sensitivitas dan selektivitas apabila dibandingkan dengan uji
biologis. Oleh karena itu, metode kimiawi tidak dapat mendeteksi
kandungan vitamin D yang rendah dalam sampel. Sedangkan
metode kimiawi memiliki keuntungan dari segi waktu pengerjaan
apabila dibandingkan dengan metode biologis, sehingga ia masih
kerap digunakan untuk sampel-sampel pangan yang diketahui
memiliki kandungan vitamin D yang cukup tinggi.
Penggunaan KCKT maupun kromatografi cair kinerja ultra
(KCKU) telah dicantumkan dalam beberapa metode resmi AOAC
untuk penetapan kandungan vitamin D dalam berbagai sampel,
misalnya dalam suplemen, minyak, dan produk susu. Kromatografi
cair menawarkan beberapa kelebihan dalam analisis seperti
kemampuan untuk mendeteksi komponen turunan vitamin D yang
53