Page 64 - Pedoman-Evaluasi-Mutu-Gizi-dan-Non-Gizi-Pangan
P. 64
MgSO4 sebelum dianalisis menggunakan KCKT. Sementara untuk
sampel lemak cair misalnya minyak goreng, sampel dilarutkan
langsung dalam heksana dan diinjeksi ke sistem KCKT. Vitamin E
sangat sensitif terhadap oksidasi sehingga saponifikasi sebaiknya
dilakukan dengan sistem refluks dan menggunakan bantuan
senyawa antioksidan seperti pyrogallol serta keseluruhan prosedur
analisis dijauhkan dari paparan cahaya langsung. Kandungan
vitamin E dalam sampel pangan dinyatakan dalam satuan mg.
Namun, karena vitamin E tidak hanya terdiri dari tokoferol sehingga
kebutuhan vitamin E dinyatakan sebagai tocopherol equivalent (TE).
Satu TE setara dengan 1 mg α-tokoferol dalam pangan, sementara
bentuk-bentuk isomer lainnya dikonversi ke TE dengan cara
mengalikannya ke 1 mg α-tokoferol menggunakan faktor aktifitas
relatif, contohnya 0,5 untuk β-tokoferol, 0,1 untuk γ-tokoferol, dan 0,3
untuk α-tokotrienol.
1.4 Vitamin K
Terdapat beberapa senyawa yang merupakan bagian dari
keluarga vitamin K yang secara umum dibagi menjadi dua kelompok
yaitu vitamin K1 (filokuinon) dan vitamin K2 (menakuinon). Seperti
vitamin-vitamin larut lemak lainnya, vitamin K sesuai untuk dianalisis
menggunakan prinsip kromatografi cair. Sebelum dapat diekstraksi
menggunakan heksana, sampel pangan yang mengandung vitamin
K seperti contohnya susu, dicerna secara enzimatis terlebih dahulu
untuk mengurai lemak dan memisahkan kandungan asam lemaknya.
Ekstrak kemudian dianalisis menggunakan KCKT dengan detektor
fluoresensi dan kolom C18 atau C30. Deteksi dilakukan pada
panjang gelombang eksitasi 243 nm dan panjang gelombang emisi
430 nm. Sampel dibandingkan dengan standar eksternal untuk
kuantifikasi. Kandungan vitamin K dalam sampel pangan dinyatakan
dalam satuan µg. Kebutuhan vitamin K dinyatakan sebagai µg
55