Page 67 - Pedoman-Evaluasi-Mutu-Gizi-dan-Non-Gizi-Pangan
P. 67
Sedangkan metode kolorimeteri dilakukan menggunakan sianogen
bromida dan Asam sulfanilat, di mana metode ini memberikan hasil
lebih cepat dibandingkan dengan metode mikrobiologi, namun
memberikan hasil yang kurang spesifik dan kurang sensitif. Oleh
karena itu, metode analisis niasin masih terus dikembangkan
dengan prinsip metode analisis yang banyak digunakan adalah
kromatografi cair. Metode KCKT dapat dilakukan dengan
menggunakan detektor UV. Proses pembersihan atau pemurnian
ekstrak harus dilakukan dengan teliti karena ekstrak yang kurang
bersih dapat mengganggu deteksi komponen yang dilakukan pada
kisaran panjang gelombang yang berdekatan (paling tinggi adalah
panjang gelombang 260 nm untuk asam nikotinat. Selain detektor
UV, analisis juga dapat dilakukan dengan detektor SM. Kandungan
niasin dalam pangan dinyatakan dalam satuan mg dan kebutuhan
niasin dinyatakan sebagai nilai niasin equivalents (NE) yang setara
dengan mg niasin dan 60 mg triptofan.
2.4 Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Analisis kandungan asam pantotenat dalam pangan dapat
dilakukan dengan metode mikrobiologi maupun menggunakan
prinsip kromatografi cair. Metode klasik yang dapat digunakan untuk
menganalisis kandungan vitamin B5 dalam sampel pangan adalah uji
mikrobiologi dengan Lactobacillus casei. Namun, seperti uji
mikrobiologi lainnya, metode ini memerlukan waktu yang lama dan
memerlukan keahlian yang memadai. Alternatif lainnya yang dapat
dipilih untuk analisis vitamin B5 yaitu menggunakan prinsip
kromatografi cair yaitu kromatografi cair (KC), KCKT, maupun KCKU
dengan menggunakan detektor UV, fluorometris, ataupun SM.
Dalam metode kromatografi cair dengan kromatografi cair kinerja
ultra – spektrometri massa (KCKU-SM), sampel dapat diekstraksi
menggunakan buffer amonium asetat, kemudian difiltrasi, dan
58