Page 71 - Pedoman-Evaluasi-Mutu-Gizi-dan-Non-Gizi-Pangan
P. 71
Metode kromatografi cair dengan KCKT dapat digunakan untuk
mengidentifikasi setiap jenis vitamin C yang lebih spesifik. Dalam
metode titrasi, asam L-askorbat dalam sampel pangan dioksidasi
menjadi asam L-dehidroaskorbat dengan mengunakan indikator
redoks 2,6- dikloroindofenol. Pada titik akhir titrasi, kelebihan
indikator dalam suasana asam akan menghasilkan warna merah
muda, sedangkan pada metode mikrofluorometri, total kedua jenis
vitamin C (asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat dapat
diukur setelah asam askorbat dioksidasi menjadi asam
dehidroaskorbat dan direaksikan dengan o-fenildiamina untuk
menghasilkan senyawa quinoxalin yang berpendar. Berbagai
pengembangan metode kromatografi cair telah dilakukan, misalnya
dengan menggunakan KCKT yang dikombinasikan dengan detektor
UV.
Vitamin C sangat sensitif terhadap kerusakan akibat oksidasi
yang ditunjang oleh faktor-faktor seperti pH yang tinggi dan
keberadaan ion feri dan ion kupri di lingkungan sekitarnya. Oleh
karena itu, prosedur analisis sebaiknya dilakukan pada kondisi pH
rendah dan dengan penambahan senyawa pengkelat. Kandungan
vitamin C dalam pangan dinyatakan dalam satuan mg dan
kebutuhan konsumsi hariannya dinyatakan dalam satuan mg per
hari.
62