Page 74 - Pedoman-Evaluasi-Mutu-Gizi-dan-Non-Gizi-Pangan
P. 74
emisi cahaya yang kemudian ditangkap oleh detektor fotometrik.
Kandungan fosfor dalam pangan dinyatakan dalam satuan mg per 100 g
dan kebutuhan konsumsi hariannya dinyatakan dalam satuan mg per
hari.
3. Natrium
Ada beberapa metode analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan kandungan natrium dalam sampel pangan, seperti ESI,
ICP-ES dan spektrofotometri emisi nyala maupun spektrofotometri
serapan atom.
Dalam analisis natrium menggunakan ESI, metode ini dilakukan
berdasarkan sifat dasar natrium yang juga merupakan ion. Elektroda
khusus dirancang untuk dapat mendeteksi kandungan natrium dalam
pangan. Metode ini dinilai tepat untuk digunakan pada beberapa jenis
sampel, misalnya pada sampel es krim, minuman anggur, dan sampel-
sampel lainnya yang mengandung natrium dalam jumlah yang relatif
rendah (<100 mg natrium per 100 g).
Sedangkan untuk spektroskopi emisi, analisis natrium dalam pangan
dilakukan dengan menggunakan sistem spektrofotometri emisi nyala
yang memiliki sistem pembakaran untuk mengatomisasi sampel
sehingga menghasilkan eksitasi yang kemudian dibaca oleh
spektrofotometer/fotometer. Metode berdasarkan emisi nyala ini
digunakan untuk zat yang memiliki energi eksitasi yang rendah seperti
natrium. Selain emisi nyala, kandungan natrium dalam pangan juga
dapat dianalisis dengan ICP-ES.
Pada metode spektroskopi serapan atom nyala, kandungan natrium
dalam sampel pangan dapat ditentukan. Metode ini digunakan pada
sampel yang memiliki kandungan natrium yang cukup tinggi. Sedangkan
apabila menggunakan SSA, tingkat sensitifitas analisis dapat
ditingkatkan sehingga jumlah natrium yang lebih sedikit dapat terdeteksi.
65