Page 116 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 116
BAB 17
FAKTA PENCIPTAAN
Pada bagian-bagian sebelumnya, kita telah membahas mengapa teori evolusi menyatakan bahwa
kehidupan tidak diciptakan, adalah kebohongan yang bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah. Ilmu pengetahuan
modern telah mengungkap fakta yang sangat jelas melalui cabang-cabang ilmunya, seperti paleontologi,
biokimia dan ilmu anatomi. Fakta ini adalah: semua makhluk hidup diciptakan oleh Allah.
Sebenarnya, untuk melihat fakta ini orang tidak perlu merujuk pada hasil-hasil penelitian yang rumit dari
laboratorium biokimia ataupun penggalian geologis. Tanda-tanda kebijaksanaan yang luar biasa tampak pada
setiap makhluk hidup yang kita lihat. Ada teknologi dan rancangan hebat pada seekor serangga, atau pada
seekor ikan kecil di kedalaman laut yang tidak pernah dicapai manusia. Bahkan beberapa makhluk hidup tak
berakal dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan rumit yang tidak dapat dikerjakan manusia.
Kebijaksanaan, rancangan dan perencanaan agung yang berlaku pada seluruh alam ini merupakan bukti
kuat keberadaan Sang Pencipta yang menguasai seluruh alam, yakni Allah. Allah telah menyempurnakan semua
makhluk dengan keistimewaan luar biasa dan menunjukkannya kepada manusia sebagai bukti keberadaan dan
kekuasaan-Nya.
Selanjutnya akan kami bahas sebagian bukti penciptaan-Nya di alam.
Lebah Madu dan Keajaiban Arsitektural Sarang Madu
Lebah menghasilkan madu lebih banyak daripada yang dibutuhkannya dan menyimpannya di sarang.
Semua orang sangat mengenal struktur heksagonal sarang lebah. Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa
sarang lebah berbentuk heksagonal, bukan oktagonal atau pentagonal?
Para ahli matematika yang mencari jawaban pertanyaan itu mencapai kesimpulan menarik: “Heksagon
adalah bentuk geometri paling tepat untuk penggunaan maksimum suatu ruang.”
Sel berbentuk heksagonal membutuhkan jumlah lilin minimum, tetapi mampu menyimpan madu dalam
jumlah maksimum. Jadi, lebah menggunakan struktur sarang yang paling tepat.
Metode yang digunakan untuk membangunnya pun sangat menakjubkan: lebah-lebah memulainya dari
dua atau tiga tempat berbeda dan menjalin sarang-nya secara serentak dengan dua atau tiga deretan. Meskipun
memulai dari tempat yang berbeda-beda, lebah yang jumlahnya banyak ini membuat heksagon-heksagon
identik, kemudian menjalinnya jadi satu dan bertemu di tengah-tengah. Titik-titik sambungnya dipasang dengan
begitu terampil sehingga tidak ada tanda-tanda telah digabungkan.
Melihat kinerja luar biasa ini, kita harus benar-benar mengakui kehendak agung yang mengatur makhluk-
makhluk ini. Tetapi evolusionis menjelaskan prestasi ini dengan konsep “insting” dan mencoba mengajukannya
sebagai sifat sederhana pada lebah. Namun, jika ada insting yang ber-peran mengendalikan semua lebah dan
kalaupun semua lebah bekerja dengan harmonis walau tanpa saling bertukar informasi, berarti ada suatu
Kebijakan Agung yang meng-atur seluruh makhluk kecil ini.