Page 168 - Pola Sugesti Erickson
P. 168
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
duduk ditemani oleh gadis cantik. Saat ibunya meninggalkan ruangan, kau mulai
bercakap-cakap dengan gadis itu. Di luar sikap pemalu dan pendiamnya, kau segera
mendapati bahwa gadis itu ternyata seorang pembicara yang memikat selain enak
dipandang. Kau segera tahu bahwa ia sangatlah suka melukis, kuliah di sekolah seni,
dan benar-benar sangat tertarik dalam seni. Ia malu-malu menunjukkan kepadamu
beberapa vas yang telah ia lukis.
Akhirnya ia menunjukkan kepadamu sebuah piring kaca kecil yang telah ia hias
dengan lukisan yang sangat artistik. Ia bilang piring itu ia hias sebagai asbaik untuk
ayahnya, tetapi kemudian lebih berfungsi hiasan ketimbang asbak yang
sesungguhnya. Kau sangat memuji itu. Membicarakan penggunaan piring sebagai
asbak ini membuatmu sangat ingin merokok. Karena gadis itu masih sangat muda
kau ragu menyodorinya sebatang rokok. Juga, kau tidak tahu bagaimana perasaan
ayahnya tentang hal-hal semacam ini, akan tetapi kau ingin menjalankan sopan
santun merokok. Saat kau merasakan pikiranmu berkecamuk dengan pertimbangan-
pertimbangan ini, kau menjadi semakin tidak sabar.
Gadis itu tidak mempersilakanmu merokok sehingga masalahmu rampung, dan kau
terus berharap bisa menawarinya sebatang rokok. Akhirnya dalam keputusasaan kau
meminta izin kepadanya untuk merokok, yang segera ia berikan, dan kau mengambil
sebatang rokok tetapi tidak menawarinya. Saat kau merokok kau melayangkan
pandanganmu mencari asbak. Gadis itu, saat memperhatikan pandanganmu,
mempersilakanmu menggunakan asbak yang ia rancang untuk ayahnya. Dengan
kikuk kau menggunakan piring itu dan memulai pembicaran tentang berbagai hal.
Saat kau berbicara kau jadi sadar betapa tidak sabarnya kau menunggu ayahnya
pulang. Seketika itu juga kau semakin tidak sabar sehingga kau tidak bisa lagi
menikmati rokok. Dan kau sungguh gelisah dan tertekan sehingga kau menaruh
begitu saja ke piring itu ketika rokokmu sudah pendek dan tidak mematikannya lebih
dulu. Dan kau melanjutkan pembicaraan dengan si gadis. Gadis itu jelas tidak
memperhatikan tindakanmu, tetapi setelah beberapa menit kau tiba-tiba mendengar
suara retakan, dan kau segera menyadari bahwa rokok yang kauletakkan di asbak
terus menyala dan memanaskan kaca begitu rupa, dan menyebabkan asbak itu retak
dan kemudian pecah.
Kau merasa sangat kacau karena hal ini, tetapi si gadis dengan lembut dan sopan
menegaskan bahwa itu hanya masalah kecil, bahwa ia belum memberikan asbak itu
kepada ayahnya, bahwa ayahnya tidak akan tahu apa pun tentang itu, dan bahwa
ayahnya tidak akan kecewa. Namun bagaimanapun kau merasa sangat bersalah atas
keteledoranmu memecahkan asbak, dan kau penasaran seperti apa perasaan ayahnya
jika ia akhirnya tahu soal itu. Kegelisahanmu tampak jelas, dan ketika si ibu masuk
ke dalam ruangan itu kau mencoba menjelaskan, tetapi ia dengan lembut
menenangkanmu dan mengatakan bahwa itu benar-benar tidak jadi masalah. Namun,
168